Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan. (EPA)
Medcom • 30 April 2024 13:48
Riyadh: Amerika Serikat (AS) hampir siap dengan paket keamanan yang akan ditawarkan kepada Arab Saudi jika Riyadh bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel, kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
Blinken mengunjungi kerajaan itu pada hari Senin dalam perjalanannya yang ketujuh ke wilayah tersebut sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, yang kemudian melancarkan serangan tanpa henti di Gaza yang menuai kritik global.
Pemerintahan Presiden Joe Biden, meski mendukung Israel, telah meminta sikap moderat dari pemerintahnya dengan menggantungkan prospek hubungan formal dengan Arab Saudi.
Hubungannya ini berpotensi menjadi pengubah keadaan, karena negara Teluk itu adalah penjaga dua situs paling suci umat Islam.
Sebagai bagian dari kesepakatan apa pun, Riyadh diperkirakan akan menuntut jalan menuju status kenegaraan bagi Palestina serta jaminan keamanan gaya aliansi dari Washington, yang telah berulang kali mencoba, namun tidak berhasil dan mengalihkan fokusnya dari Timur Tengah.
"Pekerjaan yang telah dilakukan bersama oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat dalam hal perjanjian kita sendiri, menurut saya, berpotensi hampir selesai," kata Blinken dikutip dari TRT World pada Selasa, 30 April 2024.
"Tetapi untuk melanjutkan normalisasi, diperlukan dua hal – ketenangan di Gaza dan jalan yang kredibel menuju negara Palestina," katanya pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Riyadh.
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan, yang bertemu Blinken di Riyadh, juga mengatakan bahwa perjanjian AS-Saudi “sangat-sangat dekat”.
"Sebagian besar pekerjaan sudah selesai," katanya.
Namun dia mengatakan bahwa jalan menuju negara Palestina adalah “satu-satunya cara yang bisa berhasil”.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah penentang lama negara Palestina, yang oleh pemerintahan Biden dianggap sebagai satu-satunya solusi jangka panjang setelah perang Israel di Gaza.
Namun sebelum 7 Oktober, Netanyahu memandang normalisasi Arab sebagai warisannya, setelah merundingkan hubungan diplomatik formal dengan tiga negara yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko pada tahun 2020.
Bahkan jika pemerintahan Biden mencapai kesepakatan dengan Arab Saudi, kesepakatan tersebut masih harus disetujui oleh Kongres. Hal ini karena para anggota parlemen, terutama dari Partai Demokrat yang mendukung Biden, bersikap kritis terhadap kerajaan tersebut atas dasar hak asasi manusia.
Seruan Riyadh untuk kerja sama nuklir sipil dengan Washington merupakan hal paling kontroversial. Para kritikus memperingatkan potensi perlombaan senjata dengan iran.
Baca juga: Arab Saudi Bantah Bantu Israel saat Cegat Rudal Iran