Ilustrasi. Medcom.id
Bandung: Prevalensi tengkes di Jawa Barat mencapai 20,2% pada 2022. Angka itu turun 4,3?ri tahun sebelumnya. Penurunan itu membuat Jawa Barat menjadi provinsi terbaik di Pulau Jawa dalam upaya penurunan angka stunting.
Ada dua langkah penting yang dilakukan, yang pertama ialah pelibatan 1,5 juta kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk mengakselerasi strategi konvergensi dalam penurunan angka stunting.
Kader PKK di desa dan kelurahan bertugas menyosialisasikan 8 aksi penting untuk turunkan stunting. Aksi cegah stunting mencakup analisis stunting, penyusunan rencana kegiatan dan melaksanakan rembuk stunting dengan pihak terkait.
Langkah kedua ialah menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Dengan sistem ini, dikumpulkan data yang akurat dan komprehensif. Dengan data, intervensi bisa dilakukan dan dianalisa sesuai kebutuhan, sehingga tepat sasaran.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani, mengatakan dalam upaya penurunan prevalensi tengkes, pihaknya melakukan penguatan regulasi untuk mendukung program terkait gizi.
"Kami juga terus melakukan pendampingan kepada Puskesmas melalui surveilans gizi. Selain itu pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan," kata Vini dalam keterangan pers, Sabtu, 13 Januari 2024.
Upaya lain ialah memperluas kemitraan dan peningkatan kapasitas petugas dalam tata laksana gizi buruk. Jawa Barat menargetkan zero stunting pada 2023, dengan target prevalensi kembali turun menjadi 19,2%.