Masyarakat Yogyakarta Diimbau Waspada Leptospirosis saat Musim Hujan

Salah satu penyakit yang diwaspadai ketika musim hujan adalah leptospirosis. Ilustasi/Antara.

Masyarakat Yogyakarta Diimbau Waspada Leptospirosis saat Musim Hujan

Ahmad Mustaqim • 7 November 2025 14:18

Yogyakarta: Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang berpotensi muncul akibat lingkungan lembab dan genangan air saat memasuki musim hujan, terutama leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang umumnya ditularkan melalui air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan, terutama tikus.

Kepala Seksi Pencegahan, Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan sejak Januari hingga akhir Oktober 2025 tercatat 26 kasus leptospirosis, dengan enam di antaranya meninggal dunia. Kasus kematian terakhir terjadi pada Oktober, menimpa seorang warga di Kelurahan Bumijo.

"Ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak menyepelekan penyakit leptospirosis. Karena kalau tidak segera ditangani, infeksi ini bisa berakibat fatal, seperti gagal ginjal atau gangguan paru," ujar Endang saat dihubungi pada Jumat, 7 November 2025. 
 


Menurutnya, leptospirosis kerap muncul pada musim hujan karena peningkatan populasi tikus dan kondisi lingkungan lembab. Persoalan sampah yang belum sepenuhnya tertangani di perkotaan juga menjadi faktor risiko utama, sebab tumpukan sampah menjadi tempat berkembang biaknya tikus.

"Semakin banyak sampah, semakin banyak tikus. Karena itu, pencegahan bisa dimulai dari rumah, dengan menjaga kebersihan lingkungan, menutup makanan dan minuman agar tidak terkontaminasi, serta mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas, terutama setelah kerja bakti atau bersentuhan dengan air dan tanah," ujar Endang.

Selain menjaga kebersihan diri, ia mengimbau masyarakat yang bekerja di lingkungan berisiko seperti pengelola sampah dan petugas kebersihan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sepatu bot dan sarung tangan panjang. Petugas juga diminta menutup luka sebelum beraktivitas di tempat lembab. 

Endang mengungkapkan pentingnya deteksi dini terhadap gejala leptospirosis. Beberapa ciri-ciri yang mesti dikenali mulai muncul nyeri otot, terutama di bagian betis, disertai mata menguning atau rasa nyeri saat betis ditekan. 

"Jangan menunggu parah. Segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat," kata Endang. 


Ilustrasi hujan. Medcom.id


Ia mengatakan kasus kematian seringkali disebabkan oleh keterlambatan penanganan. Menurut dia, kasus parah seringkali awalnya dikira gagal ginjal, padahal akar masalahnya dari leptospirosis yang menyebabkan pasien sudah dalam kondisi terminal saat tiba di fasilitas kesehatan.

"Meninggalnya itu dalam kondisi klinis sudah lanjut, sehingga sudah tidak tertolong dan sudah ke rumah sakit. Kalau sudah minggu kedua, biasanya sudah komplikasi kerusakan ginjal dan organ yang lain," ujarnya. 

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga disebut memperkuat kapasitas tenaga medis di Puskesmas melalui pelatihan bersama dokter spesialis penyakit dalam dan bekerja sama dengan enam rumah sakit rujukan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan diagnosis dan tata laksana pasien leptospirosis dilakukan secara cepat dan tepat.

“Obatnya sebenarnya ada, tapi masalahnya sering kali pasien datang terlambat. Karena itu, peran media dan masyarakat penting untuk menyebarkan pesan kewaspadaan ini," ucap Endang. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Silvana Febiari)