Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim kecam serangan Israel ke armada Global Sumud Flotilla. Foto: Bernama
Muhammad Reyhansyah • 2 October 2025 15:50
Gaza: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Kamis, 2 Oktober 2025 mengecam keras serangan Israel terhadap Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan menuju Gaza, serta menuntut pembebasan segera para aktivis yang ditahan secara ilegal.
“Saya mendesak pembebasan segera semua aktivis dan relawan internasional, termasuk warga Malaysia,” kata Anwar melalui unggahan di platform X yang dikutip Anadolu, Kamis, 2 Oktober 2025.
Ia menegaskan pemerintah akan menempuh jalur hukum untuk menuntut pertanggungjawaban Israel, terutama terkait keselamatan warganya.
Anwar menyebut upaya memblokir misi kemanusiaan tersebut tidak hanya mengabaikan hak dasar rakyat Palestina, tetapi juga “menginjak nurani komunitas dunia yang kini tidak lagi bersama Israel.”
Ia menambahkan, “Armada ini bukan sekadar konvoi bantuan, melainkan simbol persatuan, solidaritas, dan cinta kemanusiaan.”
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menyampaikan kecaman serupa, menuntut agar Israel segera membebaskan para aktivis perdamaian yang ditahan.
“Kekejaman ini harus dihentikan. Perdamaian harus diberi kesempatan dan bantuan kemanusiaan harus sampai kepada mereka yang membutuhkan,” ujarnya dalam pernyataan di X. Sharif menambahkan, pemerintah Pakistan berdoa demi keselamatan semua orang yang ditangkap secara ilegal oleh militer Israel.
Menurut penyelenggara, serangan Israel pada Rabu, 1 Oktober 2025 terjadi sekitar 148 kilometer dari Gaza, ketika lebih dari 40 kapal dengan lebih dari 500 relawan dari sekitar 40 negara berlayar menuju wilayah tersebut. Sembilan kapal dilaporkan diserang dan satu di antaranya ditabrak saat masih berada di perairan internasional.
Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan “beberapa kapal” telah ditahan dan penumpangnya dibawa ke pelabuhan Israel. Dalam akun resmi X, kementerian itu menyebut rombongan tersebut sebagai “Hamas Flotilla.”
Gaza, yang berpenduduk hampir 2,4 juta jiwa, telah berada di bawah blokade Israel selama hampir 18 tahun. Sejak Maret, Israel memperketat pengepungan dengan menutup perbatasan dan menghentikan pasokan makanan serta obat-obatan, mendorong wilayah itu ke ambang kelaparan.
Sejak Oktober 2023, militer Israel telah menewaskan lebih dari 66.100 warga
Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak. PBB serta organisasi hak asasi berulang kali memperingatkan wilayah tersebut kian tidak layak huni, dengan kelaparan dan penyakit yang menyebar cepat.