Basarnas evakuasi satu jenazah dari reruntuhan bangunan musala Ponpes Al Khoziny. Dokumentasi/ Basarnas Surabaya
Amaluddin • 5 October 2025 10:17
Sidoarjo: Tim search and rescue gabungan meyakini banyak korban tertimbun di area tengah reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Tim berhasil membuka akses ke ruang tengah musala dan mengevakuasi 13 korban dari area tersebut pada Sabtu, 4 Oktober 2025.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya sekaligus On Scene Coordinator, Nanang Sigit, menyatakan area tengah musala berpotensi menyimpan banyak korban. "Bagian tengah musala ini kemungkinan terdapat lebih banyak korban," kata Nanang pada Minggu, 5 Oktober 2025.
Progres pengangkatan puing-puing bangunan menggunakan alat berat telah mencapai sekitar 70 persen. Area tengah musala menjadi fokus utama berdasarkan hasil analisis tim di lapangan.
Nanang berharap ekskavator dapat mencapai titik tengah musala untuk mempercepat proses evakuasi. Pergerakan alat berat dilakukan bertahap dari sisi kanan pintu masuk musala.
"Area A4 atau sisi kanan sudah selesai dibersihkan, sehingga sekarang kami mulai mengarah ke A2 dan A3," ujar Nanang. Area A2 merupakan lokasi wudu, sedangkan A3 berada di belakang pintu masuk musala.
Tim SAR bekerja selama 24 jam tanpa henti untuk mempercepat proses pencarian. Keselamatan petugas dan kehati-hatian dalam mengangkat material tetap menjadi prioritas utama. Sejumlah kolom beton besar masih berserakan di area depan, belakang, dan sisi kiri musala. Puing berukuran besar ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim evakuasi.
"Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim karena sebagian puing berukuran besar sulit dipindahkan secara manual," ujar Nanang.
Plt Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB, Kolonel Inf Hery Setiono, menjelaskan proses pencarian kembali dilakukan secara manual setelah akses ke area tengah terbuka. Penggunaan alat berat dihentikan sementara untuk metode manual.
“Kami selalu melakukan evaluasi di lapangan. Penggunaan alat berat secara penuh justru menimbulkan puing-puing kecil yang menutup celah-celah penting,” jelas Hery.
Alat berat tetap digunakan untuk mengangkat potongan beton besar yang tidak memungkinkan diangkat manual. Tim menyeimbangkan antara percepatan evakuasi dan prinsip kehati-hatian.
“Kalau ada beton besar yang berat tentu tetap akan diangkat dengan alat berat. Kami berupaya menyeimbangkan antara percepatan evakuasi dan kehati-hatian,” tandas Hery.
Kombinasi metode manual dan alat berat menjadi strategi tim dalam menghadapi kondisi lapangan. Pendekatan ini untuk memaksimalkan proses evakuasi tanpa mengorbankan keselamatan. Proses evakuasi diperkirakan masih memerlukan waktu beberapa hari ke depan. Tim berkomitmen terus bekerja hingga semua korban berhasil dievakuasi dari reruntuhan.