Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 5 October 2025 15:24
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengizinkan pengerahan 300 personel Garda Nasional ke Chicago setelah seorang agen federal menembak pengendara yang diduga bersenjata. Namun di saat yang sama, seorang hakim federal memblokir upaya sang presiden untuk mengirim pasukan militer ke Portland, kota lain yang dipimpin Partai Demokrat.
Krisis yang meningkat di berbagai wilayah AS kini mempertemukan kebijakan keras Trump terhadap kejahatan dan imigrasi dengan penolakan dari pihak Demokrat, yang menuduhnya melakukan langkah otoriter demi memperluas kekuasaan.
“Presiden Trump telah mengizinkan pengerahan 300 personel Garda Nasional untuk melindungi petugas federal dan aset negara di Chicago,” kata juru bicara Gedung Putih Abigail Jackson dalam pernyataan resmi, setelah berminggu-minggu Trump mengancam akan mengirim pasukan ke kota di wilayah Midwest itu meski ditentang oleh para pemimpin lokal.
“Presiden Trump tidak akan menutup mata terhadap maraknya aksi kriminal di kota-kota Amerika,” lanjut Jackson, dilansir dari nzherald.co.nz, Minggu, 5 Oktober 2025.
Portland dan Chicago kini menjadi titik panas terbaru dalam kebijakan keras Trump, menyusul pengerahan pasukan sebelumnya ke Los Angeles dan Washington.
Trump berulang kali menyebut Portland sebagai kota yang “hancur akibat perang” dan dipenuhi kekerasan. Namun, dalam putusan pengadilan pada Sabtu waktu setempat, Hakim Distrik AS Karin Immergut menilai bahwa “pernyataan Presiden sama sekali tidak berdasar pada fakta.”
Meski terdapat sejumlah serangan terhadap petugas federal dan properti pemerintah, kata Immergut, pemerintahan Trump gagal membuktikan bahwa “insiden kekerasan tersebut merupakan bagian dari upaya terorganisir untuk menggulingkan pemerintah secara keseluruhan.”
Ia menegaskan, demonstrasi di Portland tidak menimbulkan “ancaman pemberontakan,” dan “aparat penegak hukum biasa masih mampu menangani situasi itu.”
Senator Oregon Ron Wyden menyambut baik keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa “kemenangan ini membuktikan apa yang sudah diketahui warga Oregon: kami tidak perlu dan tidak ingin Donald Trump memprovokasi kekerasan dengan mengirim pasukan federal ke negara bagian kami.”