Ilustrasi gelombang ombak di area pesisir. (EPA-EFE)
Lukman Diah Sari • 10 October 2025 13:13
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gelombang tsunami terdeteksi di beberapa wilayah Indonesia bagian timur. Gelombang tsunami datang setelah terjadinya gempa bumi berkekuatan Magnitudo (M) 7,6 yang mengguncang Laut Filipina, dekat Pulau Karatung, Sulawesi Utara, pada Jumat, 10 Oktober 2025, pukul 08.43 WIB.
Menurut data BMKG dalam laman resmi, gempa dengan pusat di laut ini berpotensi memicu tsunami di sejumlah wilayah pesisir, terutama di kawasan Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Hasil pemantauan menunjukkan gelombang tsunami telah terdeteksi di delapan lokasi dengan ketinggian bervariasi antara 0,05 hingga 0,17 meter.
Berikut rincian tinggi dan waktu terdeteksinya tsunami:
- Melonguane, pukul 09.06 WIB, ketinggian 0,11 meter
- Essang, pukul 09.09 WIB, ketinggian 0,17 meter
- Ganalo, pukul 09.09 WIB, ketinggian 0,05 meter
- Beo, pukul 09.20 WIB, ketinggian 0,05 meter
- Sangihe, pukul 09.29 WIB, ketinggian 0,16 meter
- Halmahera Barat, pukul 09.42 WIB, ketinggian 0,05 meter
- Morotai, pukul 09.46 WIB, ketinggian 0,11 meter
- Biak, pukul 11.10 WIB, kentinggia 0,13 meter
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkap bahwa jaringan sensor tsunami gauge segera merekam perubahan muka laut beberapa menit setelah gempa terjadi. Dia menilai bahwa tsunami yang terjadi kategori kecil.
“Ini termasuk kategori tsunami minor, namun sistem berhasil mengonfirmasi adanya kenaikan permukaan air laut yang relevan dengan hasil pemodelan,” ujar Daryono, Jumat, 10 Oktober 2025.