Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta: Dunia aset digital terus berkembang dan semakin banyak orang tertarik dengan mata uang kripto. Kripto tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran dan investasi, tetapi juga menjadi bagian integral dari sistem keuangan digital.
Namun, setiap aset digital memiliki fungsi unik, yang terbagi dalam kategori berbeda. Beberapa digunakan untuk transaksi sehari-hari, sementara yang lain dirancang untuk menjaga stabilitas harga, dan ada juga yang digunakan untuk koleksi digital seperti NFT.
Untuk memilih aset kripto yang sesuai dengan kebutuhan dan strategi investasi, penting untuk memahami perbedaan masing-masing jenis.
Melansir laman Indodax, berikut adalah 10 jenis mata uang kripto yang paling umum beserta cara kerjanya:
1. Mata uang kripto untuk pembayaran
Kripto jenis ini merupakan bentuk awal dari mata uang digital, yang digunakan untuk transaksi dan penyimpanan nilai tanpa melibatkan perantara seperti bank atau pemerintah. Contohnya adalah Bitcoin (BTC), Litecoin (LTC), dan Bitcoin Cash (BCH).
Sistem kerjanya mengandalkan teknologi blockchain untuk mencatat transaksi secara desentralisasi. Setiap transaksi diverifikasi oleh jaringan komputer (miners) melalui mekanisme Proof of Work (PoW).
Bitcoin kini diterima oleh berbagai perusahaan besar, termasuk Tesla dan platform e-commerce global. Bahkan, beberapa negara seperti El Salvador telah menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi.
2. Stablecoin
Stablecoin hadir sebagai solusi untuk mengatasi fluktuasi harga di pasar kripto. Ia mengaitkan nilainya pada aset lain, seperti dolar AS atau emas. Contohnya adalah USDT (Tether), USDC (USD Coin), dan DAI.
Stablecoin dijamin oleh cadangan aset seperti fiat atau logam mulia, dan menggunakan algoritma yang mengatur suplai token agar tetap stabil. Stablecoin telah menjadi bagian penting dari pasar kripto, menyumbang lebih dari 10 persen dari total kapitalisasi pasar dan semakin banyak digunakan dalam transaksi lintas batas dengan biaya rendah.
3. Token utilitas
Token utilitas berfungsi sebagai akses untuk menggunakan layanan dalam suatu ekosistem blockchain. Contohnya adalah Binance Coin (BNB), Ethereum (ETH), dan Polygon (MATIC).
Sistem kerjanya adalah dengan menggunakan token untuk membayar biaya transaksi dan layanan di platform terkait. Token utilitas juga memungkinkan interaksi dengan
smart contract dalam aplikasi terdesentralisasi (dApps).
Sebagai contoh, Binance Coin memberikan diskon biaya trading di Binance Exchange dan dapat digunakan untuk pembayaran dalam ekosistem Binance.
4. Token keamanan
Token keamanan merepresentasikan aset keuangan nyata, seperti saham atau obligasi, dalam bentuk digital. Contohnya adalah Synthetix (SNX), Polymath (POLY), dan INX.
Token keamanan diatur oleh hukum sekuritas dan sering digunakan untuk investasi digital berbasis blockchain. Token ini dapat memberikan hak kepemilikan atau dividen kepada pemegangnya.
Meskipun memiliki potensi besar, adopsi token keamanan masih terbatas karena regulasi yang ketat yang menyertainya.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
5. Token tata kelola
Jenis token ini memberikan hak kepada pemegangnya untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proyek blockchain. Contohnya adalah Uniswap (UNI), Aave (AAVE), dan MakerDAO (MKR).
Pemegang token dapat memberikan suara dalam keputusan seperti perubahan biaya transaksi atau aturan protokol.
Sebagai contoh, pemegang token Uniswap pernah melakukan voting untuk mengubah struktur biaya transaksi, yang berdampak pada harga UNI di pasar.
6. Non-Fungible Token (NFT)
NFT merupakan aset digital unik yang tidak dapat ditukar dengan aset lain secara langsung. Contohnya adalah Bored Ape Yacht Club (BAYC), CryptoPunks, dan Axie Infinity.
NFT menggunakan standar ERC-721 atau ERC-1155 untuk menciptakan aset digital yang unik. NFT kini telah menjadi tren dalam berbagai industri, termasuk game, seni digital, dan properti virtual.
7. Meme coin
Meme coin awalnya dibuat sebagai lelucon, namun mendapatkan popularitas tinggi karena komunitasnya. Contohnya adalah Dogecoin (DOGE), Shiba Inu (SHIB), dan PepeCoin (PEPE).
Meme coin sangat dipengaruhi oleh tren komunitas dan sering kali mengalami fluktuasi harga yang tinggi. Sebagai contoh, Dogecoin melonjak nilainya setelah didukung oleh Elon Musk dalam berbagai pernyataan publik.
8. Koin privasi
Koin privasi dirancang untuk menjaga anonimitas pengguna dengan menyembunyikan detail transaksi. Contohnya adalah Monero (XMR), Zcash (ZEC), dan Dash.
Koin privasi menggunakan teknologi seperti Ring Signature dan zk-SNARKs untuk melindungi identitas pengguna. Namun, beberapa negara melarang penggunaan koin privasi karena alasan regulasi.
9. Token DeFi (Decentralized Finance)
Token DeFi digunakan dalam layanan keuangan berbasis blockchain tanpa perantara. Contohnya adalah Compound (COMP), Yearn Finance (YFI), dan PancakeSwap (CAKE).
Token DeFi memungkinkan pengguna untuk meminjam atau menyimpan aset dengan bunga tanpa perlu bank. Sebagai contoh, platform Compound memungkinkan pengguna menyimpan aset dengan bunga lebih tinggi dibanding rekening bank konvensional.
10. Token Layer-2 dan scaling solution
Token ini diciptakan untuk meningkatkan kecepatan transaksi dan mengurangi biaya gas di blockchain utama. Contohnya adalah Polygon (MATIC), Arbitrum (ARB), dan Optimism (OP).
Token Layer-2 berfungsi sebagai solusi tambahan yang bekerja di atas blockchain utama seperti Ethereum. Data terbaru menunjukkan solusi Layer-2 seperti Polygon kini semakin banyak digunakan dalam aplikasi DeFi dan NFT.
Setiap jenis mata uang kripto memiliki fungsi yang berbeda, mulai dari pembayaran, investasi, hingga partisipasi dalam proyek blockchain. Dengan memahami cara kerja masing-masing jenis, Anda bisa membuat keputusan yang lebih tepat saat memilih aset kripto. (
Laura Oktaviani Sibarani)