Sebuah restoran makanan cepat saji rusak akibat guncangan gempa di Cebu, Filipina, 1 Oktober 2025. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 1 October 2025 13:45
Cebu: Jumlah korban tewas akibat gempa bumi magnitudo 6,9 yang mengguncang Filipina tengah bertambah menjadi 69 orang, menurut pejabat pertahanan sipil pada Selasa, 30 September 2025.
Pemerintah setempat mengerahkan berbagai lembaga untuk mencari korban selamat serta memulihkan pasokan listrik dan air.
Di Kota Bogo, Cebu bagian utara yang dekat dengan pusat gempa dangkal di lepas pantai, rumah sakit kewalahan menerima pasien. “Rumah sakit telah kewalahan,” kata pejabat Pertahanan Sipil Raffy Alejandro kepada wartawan.
Pejabat Kantor Pertahanan Sipil regional, Jane Abapo, menjelaskan angka 69 korban tewas didasarkan pada data kantor bencana provinsi Cebu dan masih menunggu verifikasi. Lebih dari 150 orang juga dilaporkan luka-luka.
Respons Pemerintah
Dikutip dari The Straits Times, Rabu, 1 Oktober 2025, Presiden Ferdinand Marcos Jr menyampaikan belasungkawa dan menjamin bantuan cepat. Ia menugaskan sejumlah menteri kabinet untuk langsung memimpin operasi tanggap darurat di lapangan.
Gempa tersebut merobohkan atau merusak setidaknya 22 bangunan, termasuk empat yang ambruk total. Tiga gedung pemerintah terdampak, sementara enam jembatan dan satu ruas jalan tidak dapat dilalui. Meski demikian, Bandara Internasional Mactan-Cebu yang menjadi gerbang tersibuk kedua di Filipina tetap beroperasi.
Di Kota San Remigio, pemerintah daerah menetapkan status bencana guna mempercepat penyaluran bantuan. Wakil Wali Kota Alfie Reynes meminta suplai makanan, air bersih, serta alat berat untuk mendukung operasi penyelamatan.
“Hujan deras mengguyur, listrik padam, dan pasokan air terputus. Bantuan sangat dibutuhkan, khususnya di wilayah utara,” ujarnya kepada radio DZMM.
Kondisi Lapangan
Seorang petugas penyelamat, Teddy Fontillas (56), mengatakan belum tidur sepanjang malam. Ia menjelaskan sebagian pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain karena fasilitas di Bogo sudah penuh.
“Kami benar-benar kewalahan, jadi harus membawa mereka ke Cebu,” katanya kepada AFP.
Gubernur Cebu Pamela Baricuatro menuliskan di Facebook bahwa karena banyaknya pasien dengan luka serius, tenaga medis terpaksa merawat sebagian korban di luar gedung rumah sakit.
Rekaman warga yang beredar luas di media sosial menunjukkan menara lonceng gereja Katolik tua di Pulau Bantayan runtuh setelah berguncang hebat.
“Saya mendengar suara ledakan keras dari arah gereja, lalu batu-batu berjatuhan. Untungnya tidak ada yang terluka,” kata Martham Pacilan (25), saksi mata.
Klip televisi lokal memperlihatkan pengendara motor turun dari kendaraannya dan berpegangan pada pagar jembatan yang bergoyang kuat. Di Cebu, pedagang daring Jayford Maranga (21) bersembunyi di bawah meja restoran ketika atap logam pusat perbelanjaan runtuh.
“Rasanya bumi berhenti berputar, lalu mal berguncang hebat,” ujarnya.
Risiko Lanjutan
Lembaga pemantau gempa mencatat kedalaman guncangan sekitar 10 km dengan ratusan gempa susulan, termasuk satu berkekuatan 6 magnitudo. Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina melaporkan hingga Selasa pagi terdapat 379 gempa susulan.
Meskipun demikian, lembaga pemantau lain menegaskan tidak ada ancaman tsunami.
Pemerintah provinsi Cebu juga menyerukan relawan medis untuk membantu penanganan korban.
“Bisa jadi masih ada orang terjebak di bawah reruntuhan bangunan,” kata pejabat penyelamat Wilson Ramos. Ia menambahkan, upaya evakuasi pada malam hari terhambat oleh gelap dan guncangan susulan.
Filipina berada di Cincin Api Pasifik yang rawan aktivitas vulkanik dan gempa bumi. Januari lalu, negara ini diguncang dua gempa besar tanpa korban jiwa. Sementara pada 2023, gempa bermagnitudo 6,7 di lepas pantai menewaskan delapan orang.
Baca juga:
Bertambah Lagi, Korban Tewas Gempa Bumi di Cebu Filipina Jadi 31 Orang