Soekarno dan BKR. (Istimewa)
Riza Aslam Khaeron • 1 October 2025 15:13
Jakarta: Bangsa Indonesia bersiap menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober 2025. Peringatan ini tidak hanya mengenang peran TNI dalam menjaga kedaulatan negara, tetapi juga menjadi momen penting untuk mengingat para tokoh yang berperan dalam membentuk institusi militer Indonesia.
Dari masa Badan Keamanan Rakyat (BKR) hingga pengesahan TNI, inilah sosok-sosok kunci yang membentuk pondasi kekuatan militer RI.
Soekarno
Sebagai Presiden Republik Indonesia, Soekarno menetapkan pembentukan TNI melalui pengesahan pada Selasa, 3 Juni 1947, yang dituangkan dalam Berita Negara Tahun 1947 No. 24. Langkah ini menandai penyatuan TRI dan laskar rakyat menjadi satu kekuatan militer nasional di bawah satu komando.
Mohammad Hatta
Wakil Presiden RI, Mohammad Hatta, turut berperan dalam pembentukan TKR dengan menugaskan Oerip Soemohardjo pada awal Oktober 1945 untuk menyusun struktur komando militer setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal Jumat, 5 Oktober 1945.
Oerip Soemohardjo
Ditunjuk sebagai Kepala Staf Umum TKR, Oerip Soemohardjo adalah tokoh penting dalam merancang organisasi militer awal. Ia memimpin rapat para komandan daerah pada Senin, 12 November 1945, yang kemudian memilih Soedirman sebagai Panglima Besar.
Soedirman
Terpilih sebagai Panglima Besar TKR pada Senin, 12 November 1945, dan dilantik secara resmi pada Selasa, 18 Desember 1945, Soedirman menjadi simbol kekuatan rakyat dan militer yang menyatu. Kepemimpinannya dalam Palagan Ambarawa mengukuhkan legitimasinya sebagai pemimpin militer republik.
Amir Sjarifuddin
Sebagai Menteri Keamanan Rakyat, Amir Sjarifuddin menjadi arsitek utama restrukturisasi militer. Ia mengusulkan perubahan TKR menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada Senin, 7 Januari 1946 lewat Penetapan Pemerintah No. 2/S.D.
Tahun 1946, dan selanjutnya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada Jumat, 25 Januari 1946 melalui Penetapan Pemerintah No. 4/S.D. Tahun 1946.
M. Soeljoadikoesoemo
Tokoh ini menjadi motor utama yang memastikan transisi dari BKR ke TKR berjalan secara administratif dan terkoordinasi.
Setelah ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat ad interim pada Sabtu, 20 Oktober 1945, M. Soeljoadikoesoemo menyusun kerangka organisasi awal Markas Besar TKR, menetapkan jalur komando, serta memastikan logistik dan komunikasi antara unsur sipil dan militer berjalan lancar.
Ia menjadi figur penting yang menjembatani keputusan politik dengan pembentukan struktur militer awal di lapangan.
Mas Pardi
Dengan inisiatifnya membentuk BKR Laut Pusat di Yogyakarta pada Senin, 10 September 1945, Mas Pardi menjadi pionir pembangunan kekuatan laut republik. Ia bukan hanya menghimpun pelaut dari eks-KNIL, Kaigun, dan sipil, tetapi juga mendesain pendidikan pelayaran untuk mencetak kadet dan perwira maritim.
Ia turut mengatur pengamanan pelabuhan dan jalur suplai laut pada masa revolusi. Kiprahnya menjadikannya dikenal sebagai Perintis
TNI AL sekaligus Bapak Ilmu Pelayaran Indonesia.
Elang Soerjadi Soerjadarma
Elang Soerjadi Soerjadarma adalah figur sentral dalam pembentukan kekuatan udara Indonesia. Ia memimpin transisi dari TKR Jawatan Udara menjadi matra mandiri dengan struktur profesional. Pada Selasa, 9 April 1946, Elang Soerjadidiangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) melalui Penetapan Pemerintah No. 6/S.D. Tahun 1946.
Dalam posisi tersebut, ia membangun markas pusat AURI, mendirikan sekolah penerbang di Maguwo, serta memimpin perekrutan dan pelatihan personel dari eks-Kaigun, eks-Belanda, dan kader pemuda nasionalis.
Ia juga menyusun sistem logistik udara, prosedur operasional, serta perawatan pesawat tempur dan angkut. Visi dan kepemimpinannya meletakkan dasar institusional bagi matra udara Indonesia yang kelak menjadi
TNI Angkatan Udara, dan menjadikannya dikenang sebagai Bapak AURI.
Para tokoh inilah yang secara historis dan struktural membentuk dasar dari institusi
TNI. Keputusan-keputusan mereka, baik politik maupun militer, membawa Indonesia dari situasi darurat pasca-proklamasi menuju pembentukan tentara nasional yang sah dan profesional.