Bendera Tiongkok. Foto: Freepik
Annisa ayu artanti • 28 January 2025 10:00
Jakarta: Ekonomi Tiongkok mencatat pertumbuhan lima persen di 2024, didorong oleh pemulihan di kuartal terakhir. Namun, pertumbuhan ini dibayangi ketidakpastian untuk 2025.
Meskipun ekonomi tumbuh 5,4 persen di kuartal keempat, sebuah peningkatan signifikan dari 4,6 persen di kuartal ketiga. Pertumbuhan di 2025 diprediksi tidak akan melebihi 4,5 persen, menurut analisis Rhodium Group.
Keberhasilan di kuartal keempat dikaitkan dengan kebijakan pendukung seperti pemotongan suku bunga dan program tukar utang.
Lonjakan ekspor menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan di akhir 2024, berkontribusi 30 persen terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Melansir laman
USChina, momentum ini diragukan akan bertahan lama karena ketidakpastian kebijakan perdagangan AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Ilustrasi global. Foto: MI
Ancaman penerapan tarif AS jadi tantangan bagi Tiongkok
Ancaman penerapan tarif pada barang-barang Tiongkok dapat memaksa eksportir Tiongkok untuk mencari pembeli di dalam negeri, yang menjadi tantangan mengingat permintaan domestik yang lemah.
Tantangan lainnya adalah deflasi yang telah terjadi selama dua tahun berturut-turut, menandai periode terlama penurunan harga secara menyeluruh sejak 1960-an. Deflasi ini paling terasa di sektor industri, dengan harga produsen dan harga pembelian untuk produk industri turun 2,2 persen dari tahun sebelumnya.
Sektor properti juga masih menjadi hambatan bagi pemulihan ekonomi Tiongkok. Investasi properti turun 10,6 persen di 2024, penurunan tercuram sejak pencatatan data dimulai pada 1987.
Untuk mencapai target pertumbuhan lima persen di 2025, Tiongkok perlu meningkatkan konsumsi domestik. Bank sentral Tiongkok dapat menurunkan suku bunga dan persyaratan cadangan pada kuartal pertama tahun ini untuk membantu mempertahankan pemulihan di kuartal keempat.
Namun, pelonggaran moneter akan dibatasi oleh tekanan untuk mendepresiasi yuan dan kekhawatiran tentang arus keluar modal.
Oleh karena itu, komitmen Beijing untuk menerapkan kebijakan fiskal yang lebih proaktif akan sangat penting. Para pembuat kebijakan dilaporkan telah menyepakati untuk meningkatkan defisit anggaran menjadi empat persen dari PDB, yang akan memungkinkan tambahan pengeluaran sebesar 1,3 triliun yuan.
Meskipun data kuartal keempat menunjukkan perbaikan dalam pemulihan ekonomi Tiongkok, pihak berwenang akan menghadapi tugas berat di 2025 dan seterusnya untuk memperkuat permintaan domestik dan memajukan model pertumbuhan yang lebih berorientasi pada konsumsi. (Laura Oktaviani Sibarani)