Salah satu kapal perusak dari Angkatan Laut Amerika Serikat. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 15 September 2025 09:23
Caracas: Pemerintah Venezuela menuduh petugas kapal perusak Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah menaiki kapal penangkap ikan tuna dengan sembilan kru saat berlayar di perairan Venezuela.
Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil, menyatakan pada Sabtu bahwa kapal tuna tersebut “secara ilegal” dinaiki 18 personel bersenjata dari kapal perang AS yang bertahan di atas kapal nelayan selama delapan jam.
“Mereka mencegah komunikasi dan aktivitas normal para nelayan, dan kemudian dilepaskan dengan pengawalan angkatan laut Venezuela,” kata Gil dalam konferensi pers di Caracas, dikutip dari PBS, Senin, 15 September 2025.
Ia menambahkan bahwa kapal tersebut memiliki izin resmi dari Kementerian Perikanan untuk melaksanakan kegiatan tangkap ikan.
Gil juga menampilkan foto-foto insiden itu dan membagikan rekaman video singkat yang, menurut pemerintah Venezuela, diambil langsung oleh nelayan. Video tersebut memperlihatkan bagian kapal nelayan, personel Angkatan Laut AS, serta kapal perang AS.
“Orang-orang yang memberi perintah untuk melakukan provokasi semacam ini mencari insiden yang dapat dijadikan alasan eskalasi militer di Karibia,” ujar Gil. Ia menegaskan tujuan dari tindakan itu adalah melanjutkan “kebijakan gagal” perubahan rezim di Venezuela.
Gil menilai insiden itu sebagai tindakan “ilegal” dan “ilegitim” serta menegaskan bahwa Venezuela akan mempertahankan kedaulatannya terhadap setiap bentuk “provokasi.”
Pernyataan ini muncul beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pasukannya menenggelamkan kapal bermuatan narkoba yang dituding berangkat dari Venezuela dan menewaskan 11 orang di dalamnya. Trump menyebut kapal itu membawa anggota geng Tren de Aragua, namun pemerintah AS belum menyajikan bukti pendukung.
Venezuela menuding Washington melakukan pembunuhan di luar proses hukum. Menteri Dalam Negeri Venezuela, Diosdado Cabello, menyebut klaim AS “kebohongan besar” dan menyatakan investigasi pemerintah mengaitkan peristiwa itu dengan hilangnya sejumlah orang di wilayah pesisir yang tidak memiliki hubungan dengan perdagangan narkoba.
Pemerintahan Trump sebelumnya menuduh Presiden Nicolás Maduro memimpin kartel narkoba untuk memasok AS. Washington bahkan menggandakan imbalan atas penangkapannya dari 25 juta dolar AS menjadi 50 juta dolar.
Meski telah mengerahkan lebih dari 4.000 personel militer ke kawasan Karibia, pemerintah AS belum menunjukkan tanda-tanda akan melakukan invasi darat. Namun, pemerintah Venezuela menyerukan warganya untuk bergabung dengan milisi sipil guna mendukung angkatan bersenjata jika kemungkinan serangan terjadi. Sabtu lalu, warga diminta datang ke barak militer untuk mengikuti pelatihan.
Baca juga: Maduro Siap Bela Kedaulatan Venezuela di Tengah Ketegangan dengan AS