Para peneliti, akademisi, dan regulator berkumpul dalam Seminar di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta. Dokumentasi/ istimewa
Yogyakarta: Para peneliti, akademisi, dan regulator berkumpul dalam Seminar 'Proteomics with LC–HRMS Orbitrap: From Research to Routine' di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta. Teknologi Orbitrap menjadi pusat perhatian karena dianggap mampu membuka era baru riset biomolekul di Indonesia.
Deputi Pembinaan dan Pengawasan Jaminan Produk Halal BPJPH, Chuzaemi Abidin, mengatakan pasar halal dunia makin kompetitif dan Indonesia perlu bergerak cepat.
"Indonesia harus punya laboratorium halal yang kuat dan metode pengujian yang presisi," kata Chuzaemi di Yogyakarta, Jumat, November 2025.

Para peneliti, akademisi, dan regulator berkumpul dalam Seminar di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta. Dokumentasi/ istimewa
Chuzaemi juga menyoroti posisi Indonesia dalam ekonomi syariah global, update regulasi JPH, hingga tantangan pengujian bahan yang makin kompleks.
Baca Juga :
General Manager Corpora Science, Hendy Dwi Warmiko, yang memaparkan penelitian soal peptida spesifik gelatin babi. Penjelasan Hendy cukup mencuri perhatian karena memperlihatkan bagaimana LC-HRMS mampu memetakan peptida dengan sangat detail.
"Untuk produk terproses seperti gelatin, Orbitrap memberi resolusi yang jauh lebih baik dibanding LC-MS/MS atau PCR,” katanya.
Dia menyebut teknologi ini bisa menjadi pondasi metode deteksi gelatin yang lebih akurat ke depan.
Sementara perwakilan BRIN, Anjar Windarsih, menjelaskan bagaimana bottom-up proteomics digunakan untuk autentikasi daging dan gelatin. Anjar juga menunjukkan integrasi proteomik dan metabolomik untuk mengecek kehalalan produk pangan kompleks.
"Detail yang bisa kita lihat dengan Orbitrap itu jauh lebih dalam daripada metode biasa," ungkap Anjar.
Selanjutnya Rudi Heryanto dari IPB University membahas bagaimana proteomik dan metabolomik dipakai dalam penemuan obat baru. Rudi menjelaskan jaringan kerja molekul melalui pendekatan network pharmacology dan bagaimana LC-HRMS mempercepat proses screening senyawa bioaktif. Ia menilai teknologi ini sangat relevan dengan kekayaan hayati Indonesia.
Dari Universitas Kristen Petra, Ratnaningrum Dewi Karuna menjelaskan peran proteomik di bidang pangan, klinik, hingga biosimilar. Ia menyoroti bagaimana high-resolution MS membantu memahami perubahan ekspresi protein secara lebih akurat. “Kalau bicara presisi, high-res MS memang jauh berbeda kelasnya,” sebutnya.
Sesi terakhir dibawakan Tri Rini Nuringtyas dari UGM yang membahas riset proteomik pada bisa ular. Ia menunjukkan bagaimana Orbitrap membantu memetakan berbagai jenis toksin di dalam venom.
Menurut dia informasi ini penting untuk pengembangan antivenom yang lebih efektif. “Venom itu sangat kompleks. Profiling proteomik membantu kita melihat toksinnya satu per satu," ujarnya.