Hamas dan Israel Capai Kesepakatan Tukar Tahanan

Warga yang memperingati korban perang di Gaza. Foto: The New York Times

Hamas dan Israel Capai Kesepakatan Tukar Tahanan

Fajar Nugraha • 9 October 2025 08:07

Doha: Setelah berbulan-bulan mengalami kebuntuan, Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina. Sebuah terobosan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dapat menjadi pertanda berakhirnya perang dua tahun di Gaza.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang turut menengahi kesepakatan tersebut mengatakan bahwa kedua belah pihak telah menyetujui tahap pertama rencananya, termasuk penarikan pasukan Israel ke garis yang telah disepakati.

Rincian kesepakatan tersebut masih belum jelas, termasuk detail pertukaran dan garis penarikan pasukan Israel. Israel, dalam pernyataan awalnya, tidak menyebutkan penarikan pasukan. Pengumuman Trump tersebut disampaikan sesaat sebelum pukul 19.00 di Amerika Serikat bagian timur — hampir pukul 02.00 pada Kamis di Israel.

Qatar, salah satu negara yang membantu negosiasi tersebut, dan Hamas mengindikasikan dalam pernyataan bahwa perjanjian tersebut akan memungkinkan masuknya bantuan ke Gaza.

"Ini adalah Hari yang LUAR BIASA bagi Dunia Arab dan Muslim, Israel, semua negara di sekitarnya, dan Amerika Serikat, dan kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki, yang telah bekerja sama dengan kami untuk mewujudkan Peristiwa Bersejarah dan Belum Pernah Terjadi Sebelumnya ini," ujar Trump di Truth Social, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis 9 Oktober 2025.

Pada akhir September, Trump meluncurkan rencana komprehensif berisi 20 poin untuk mengakhiri perang dan membebaskan para sandera yang tersisa. Berdasarkan proposal tersebut, para sandera akan ditukar dengan 250 warga Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.700 warga Gaza yang dipenjara oleh Israel selama perang. Pembebasan sandera diperkirakan akan segera dilakukan akhir pekan ini dan persiapan sudah dilakukan, ujar seorang pejabat yang mengetahui kesepakatan tersebut.

"Semua sandera kami akan dipulangkan," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan setelah pengumuman Trump, tetapi ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Meskipun Israel dan Hamas kini telah sepakat untuk melakukan pertukaran, masih belum jelas apakah perang dua tahun di Gaza akan berakhir. Netanyahu telah menuntut pelucutan senjata Hamas, yang ditolak secara terbuka oleh kelompok militan tersebut. Tidak ada penyebutan senjata Hamas dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan Hamas, Israel, Trump, dan Qatar mengenai perjanjian tersebut.

Netanyahu mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Trump, dan bahwa ia akan mengumpulkan pemerintahannya pada hari Kamis untuk menandatangani perjanjian tersebut, menyebutnya sebagai "hari besar bagi Israel."

Hamas dalam pernyataannya meminta Trump, para penjamin perjanjian tersebut, dan pihak-pihak lain untuk memaksa Israel "untuk sepenuhnya melaksanakan persyaratan perjanjian dan tidak membiarkannya mengelak atau menunda."

Dr. Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, mengatakan bahwa perjanjian tersebut "akan mengarah pada berakhirnya perang, pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina, serta masuknya bantuan." Rinciannya akan diumumkan kemudian, tambahnya.

Harapan di Gaza

Warga Palestina di Gaza menerima berita tersebut dengan harapan bahwa hal itu akhirnya dapat mengakhiri mimpi buruk mereka selama dua tahun.

Montaser Bahja, seorang guru bahasa Inggris yang mengungsi di Khan Younis bersama keluarganya, mengatakan ia merasa "bahagia atas berakhirnya perang dan pembunuhan, serta berduka atas semua yang telah hilang." Semua orang, tambahnya, terjaga dan terpaku pada berita, menunggu kapan gencatan senjata akan berlaku.

Sedangkan Israel yakin bahwa sekitar 20 sandera masih hidup di Gaza, dan telah mencari jenazah sekitar 25 sandera lainnya, dari sekitar 250 sandera yang ditangkap dua tahun lalu.

Perundingan di Mesir

Perundingan di Mesir telah berlangsung di Sharm el-Sheikh dan pada hari Rabu, utusan pemerintahan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, bergabung dengan mereka, bersama Jared Kushner, menantu Trump dan mantan penasihat untuk kawasan tersebut. Ron Dermer, penasihat Netanyahu, dan Perdana Menteri Qatar, juga hadir dalam perundingan tersebut.

Pada hari Jumat, Trump memperingatkan Hamas bahwa lebih banyak pejuangnya akan terbunuh jika kelompok itu tidak menyetujui kesepakatan pada Minggu malam. Hamas pada hari Jumat mengatakan bahwa mereka akan setuju untuk membebaskan semua sandera yang ditawan di Gaza, baik yang hidup maupun yang mati, tetapi ingin merundingkan beberapa elemen dari rencana tersebut. Malam itu, Trump mengatakan bahwa ia yakin Hamas "siap untuk perdamaian abadi" dan meminta Israel untuk menghentikan pengeboman Gaza.

Serangan Israel pada 9 September yang menargetkan perwakilan Hamas di Qatar membuat marah para pejabat pemerintah baik di kawasan maupun di Washington. Namun, hal itu juga memotivasi Trump dan para penasihatnya yang marah untuk menekan Netanyahu agar mendukung kerangka kerja untuk mengakhiri perang.

Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, setelah serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Sejak saat itu, respons militer Israel telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, termasuk warga sipil dan kombatan, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan menghancurkan infrastruktur wilayah tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)