Gencatan Senjata atau Jeda Strategis: Ketegangan Israel-Iran Belum Reda

Kerusakan akibat serangan Iran di Israel. (EPA-EFE)

Gencatan Senjata atau Jeda Strategis: Ketegangan Israel-Iran Belum Reda

Willy Haryono • 25 June 2025 17:12

Washington: Seluruh pihak mengklaim kemenangan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran pada Selasa, 24 Juni 2025. Namun, hanya dua jam setelah gencatan dimulai, Israel mengklaim telah mencegat dua rudal yang diduga diluncurkan dari Iran.

Iran membantah tuduhan tersebut dan menegaskan tidak meluncurkan serangan apa pun. Israel, di sisi lain, bersumpah akan membalas.

Merespons situasi itu, Trump menyalahkan kedua pihak, tetapi menunjukkan kemarahan khusus terhadap Israel, menyebut bahwa jika mereka melanjutkan serangan, itu akan menjadi “pelanggaran besar”.

Mengutip dari Guardian, Rabu, 25 Juni 2025, Iran menyebut gencatan senjata sebagai "kemenangan yang dipaksakan kepada musuh.”

Namun, Trump, dalam wawancara dengan NBC News pada Senin malam, menyatakan optimisme: “Saya rasa gencatan senjata ini tidak terbatas. Ini akan bertahan selamanya.”

Sementara itu, citra satelit menunjukkan kerusakan besar pada situs nuklir utama Iran, termasuk Natanz, Fordow, dan Isfahan. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mengonfirmasi kehancuran fasilitas bawah tanah dan munculnya kawah besar di lokasi serangan.

Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyebut, meski bom penghancur bunker tidak langsung mengenai ruang sentral fasilitas, dampaknya tetap signifikan.

Namun, penilaian awal intelijen AS menyimpulkan bahwa serangan itu kemungkinan hanya menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan. Sebelum eskalasi, IAEA memiliki akses pengawasan jarak jauh terhadap stok uranium yang diperkaya tinggi (HEU) Iran, namun kini kehilangan jejaknya.

Pejabat Iran menyatakan bahwa HEU telah dipindahkan sebelum serangan. Wakil Presiden AS JD Vance mengakui bahwa Washington tidak mengetahui lokasi terkini material tersebut dan mengatakan, “itu salah satu hal yang akan kami bahas dengan Iran.”

Para analis nuklir menilai bahwa Iran dapat mengonversi stok HEU 60% menjadi bahan senjata dengan cepat. Proses pengayaan akhir bisa dilakukan di fasilitas cadangan di Natanz yang dibangun di bawah tanah dan belum tersentuh, atau di lokasi-lokasi tersembunyi lainnya.

Menurut badan intelijen AS dan IAEA, sebelum serangan Israel dan AS, tidak ada bukti bahwa Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memerintahkan pembuatan senjata nuklir. Namun, serangan tersebut justru dikhawatirkan dapat memicu perubahan kebijakan, dengan asumsi bahwa hanya senjata nuklir yang dapat menjadi penangkal agresi terhadap Iran.

Israel diketahui telah membunuh sekitar 15 ilmuwan nuklir Iran dalam dua dekade terakhir, tetapi para analis menyebut bahwa pengetahuan teknis Iran kini telah tertanam kuat dan tersebar luas. Dari sekitar 2.500 hulu ledak rudal balistik milik Iran, diperkirakan setengahnya belum diketahui lokasi pastinya oleh intelijen asing. (Nada Nisrina)

Baca juga:  Iran, Israel, dan AS Berebut Narasi di Tengah Gencatan Senjata

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)