Ilustrasi realisasi MBG di Yogyakarta. MTVN/Ahmad Mustaqim
Jakarta: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menjadi sorotan, bukan hanya karena manfaatnya, tetapi juga tantangan besar dalam pelaksanaannya. Dari ibu-ibu yang harus belajar memasak dalam skala ribuan, makanan basi yang diklarifikasi, hingga anggaran fantastis yang mencapai Rp25 triliun per bulan di tahun depan—semua menjadi bagian dari perjalanan program ini. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap berbagai fakta menarik terkait program ini dalam konferensi pers di Kemenko Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Senin, 3 Maret 2025.
1. Tantangan Skala Produksi Makanan
Salah satu tantangan utama berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang baru beroperasi. Mereka masih perlu beradaptasi dalam memasak dalam jumlah besar.
"Rata-rata itu karena masih belum terbiasa. Jadi kami sekarang menyarankan, menginstruksikan kepada yang baru-baru agar memulai program dari jumlah kecil. Meskipun ibu-ibu sudah biasa memasak untuk lima sampai 10 orang, tapi untuk bisa memasak lebih dari 1.000 itu butuh pembiasaan," ujar Dadan.
Sebagai solusi, SPPG yang baru disarankan untuk memulai dengan memasak untuk 100-150 orang terlebih dahulu, sebelum bertahap meningkat ke 500, 700, hingga 3.000 penerima manfaat.
2. Insiden Ayam Mentah dan Evaluasi Cepat
Dadan juga menyinggung insiden ayam mentah yang sempat terjadi, yang menurutnya lebih disebabkan oleh kurangnya kecepatan dalam proses memasak.
"Kami sudah evaluasi. Itu karena pembiasaan saja, masaknya terlalu lambat, kurang cepat," jelasnya.
Ia memastikan kejadian serupa tidak akan terulang karena perbaikan sudah dilakukan di lapangan.
Baca juga:
SPPG Bertanggung Jawab atas Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis
3. Klarifikasi Soal Makanan Basi
Menanggapi isu makanan basi yang sempat mencuat, Dadan mengklarifikasi bahwa informasi yang beredar tidak sepenuhnya akurat. "Misalnya ada berita yang menyebut makanan basi sampai tiga hari, ternyata tidak, hanya sehari. Kami evaluasi, besoknya sudah terjadi perbaikan," katanya.
BGN rutin melakukan evaluasi harian, termasuk verifikasi berita di media, laporan masyarakat, serta tindak lanjut kepada SPPG yang mengalami kendala.
4. Jangkauan Program Semakin Luas
Saat ini, program MBG telah melibatkan 726 SPPG yang melayani lebih dari 2,5 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Dalam dua minggu ke depan, BGN menargetkan verifikasi tambahan 300 SPPG baru, yang akan memperluas jangkauan hingga lebih dari 3 juta penerima manfaat.
5. Anggaran Fantastis untuk 2025
Dadan juga mengungkapkan besarnya anggaran yang diperlukan untuk menjalankan program ini. Saat ini, untuk melayani 3 juta penerima manfaat, BGN mengalokasikan sekitar Rp1 triliun per bulan. Namun, jika program ini ditingkatkan menjadi 82,9 juta penerima manfaat pada tahun 2025, kebutuhan anggaran melonjak menjadi Rp25 triliun per bulan mulai September hingga Desember 2025.
"Kami sudah memiliki anggaran Rp71 triliun di 2025, dan tambahan Rp25 triliun per bulan akan dialokasikan sesuai dengan perkembangan program," papar Dadan.
6. Pengawasan Transparan via Media Sosial
Sebagai bagian dari upaya transparansi, seluruh SPPG diminta mengunggah hasil masakan mereka setiap hari ke media sosial seperti Instagram dan Facebook.
"Agar semua yang dimasak di hari itu diunggah ke media sosial sebagai bagian dari pengawasan bersama," ujarnya.
Namun, efektivitas program ini tetap bergantung pada laporan langsung dari penerima manfaat.
"Kalau rasa, mereka yang menerima. Biasanya akan ada laporan dari lokasi masing-masing, itu pasti," katanya.