Gedung Pertamina. Foto: dok Setkab.
Insi Nantika Jelita • 3 March 2025 19:49
Jakarta: Permohonan maaf yang disampaikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengenai korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina periode 2018-2023, dianggap tidak cukup mengembalikan kepercayaan masyarakat.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yayan Satyakti menegaskan perusahaan pelat merah itu mesti membenahi tata kelola usaha yang baik atau good corporate governance (GCC) di segala lini usaha.
"Ya permintaan maaf saja tidak cukup. Pertamina mesti membangun tata kelola usaha secara transparan dan mengembalikan ke fungsi bisnis secara baik," ucap Yayan kepada Media Indonesia, Senin, 3 Maret 2025.
Untuk menghindari mark-up atau penggelembungan harga dalam pembelian impor minyak, Yayan menegaskan perlu ada sistem yang transparan agar kegiatan monitoring bisa dilakukan secara lebih terbuka. "Seperti, proses lelang pengadaan impor ini dapat dipublikasikan ke publik," kata Yayan.
Pertamina juga diminta mengurangi intervensi politik dengan memilih dewan direksi Pertamina dan anak perusahaan secara profesional untuk tidak terjatuh dalam kejahatan korupsi kembali.
Selain itu, Menteri BUMN Erick Thohir didesak melakukan restrukturisasi dewan direksi anak usaha Pertamina, utamanya di tubuh Pertamina Patra Niaga yang terseret dalam kasus rasuah yang merugikan negara ratusan triliun rupiah.
Baca juga: Pascakasus Korupsi, Pertamina Masih Terus Impor Minyak Mentah |