Pihak berwenang India. Foto: Anadolu
Mumbai: Setidaknya sembilan orang dilaporkan terluka dalam bentrokan di India yang terjadi akibat kampanye kelompok nasionalis Hindu yang menuntut pembongkaran makam Kaisar Muslim Aurangzeb. Insiden tersebut berlangsung di Kota Nagpur, Maharashtra, pada Senin 17 Maret 2025 malam, menurut laporan sejumlah media lokal.
Ketegangan memuncak setelah aktivis dari organisasi sayap kanan Vishwa Hindu Parishad (VHP) menggelar aksi protes yang menyerukan penghancuran makam Aurangzeb, penguasa Dinasti Mughal yang wafat lebih dari 300 tahun lalu.
Aurangzeb menjadi sosok kontroversial di kalangan nasionalis Hindu yang menuduhnya melakukan penindasan terhadap umat Hindu selama hampir lima dekade masa pemerintahannya di abad ke-17.
Aksi bakar foto Aurangzeb
Kerusuhan di Nagpur dipicu oleh aksi demonstran yang membakar foto Aurangzeb beserta replika simbolis makamnya, sebagaimana dilaporkan oleh NDTV. Situasi semakin memburuk ketika massa mulai membakar kendaraan dan merusak sejumlah rumah warga.
Menurut laporan
Press Trust of India (PTI), bentrokan tersebut menyebabkan sembilan orang terluka, termasuk tiga anggota kepolisian dan enam warga sipil. Otoritas setempat segera memberlakukan larangan berkumpul bagi lebih dari empat orang di beberapa wilayah guna memulihkan ketertiban. NDTV juga melaporkan bahwa sedikitnya 50 orang telah ditangkap terkait insiden tersebut.
Untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, pihak berwenang meningkatkan pengamanan di sekitar makam Aurangzeb yang terletak sekitar 450 kilometer di sebelah barat Nagpur. Langkah ini diambil setelah kelompok nasionalis Hindu lainnya mengancam akan merobohkan makam tersebut.
Pernyataan pejabat Maharashtra dan respons pemerintah
Kepala Menteri Negara Bagian Maharashtra, Devendra Fadnavis, yang dikenal sebagai tokoh nasionalis Hindu, mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh isu-isu yang beredar. Meski demikian, ia menyatakan empati terhadap tuntutan pembongkaran makam Aurangzeb.
“Sayangnya, pemerintah kami harus melindungi makam Aurangzeb meskipun catatan sejarahnya menunjukkan penindasan,” ujar Fadnavis, seperti dikutip
Malay Mail, Selasa 18 Maret 2025.
Sikap keras terhadap Aurangzeb juga pernah disampaikan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi. Pada 2022, Modi menuduh Aurangzeb bertanggung jawab atas kekejaman terhadap umat Hindu.
"Aurangzeb dan pengikutnya telah memenggal banyak kepala," kata Modi saat itu.
Sejak menjabat pada 2014, pemerintahan Modi kerap mendapat kritik dari kelompok pegiat hak asasi manusia yang menuduhnya mendorong kebijakan diskriminatif terhadap minoritas Muslim di India.
Isu sentimen Anti-Muslim di India
Ketegangan antara kelompok Hindu dan Muslim di India bukanlah hal baru. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ekstremis Hindu semakin sering menyerang tempat ibadah Muslim. Mereka menuding banyak masjid di India berdiri di atas reruntuhan kuil Hindu yang dihancurkan pada masa lalu.
Insiden di Nagpur menjadi contoh terbaru dari meningkatnya polarisasi agama di bawah pemerintahan Modi, yang memicu kekhawatiran global mengenai perlindungan hak-hak minoritas di negara demokrasi terbesar di dunia tersebut.
(Muhammad Reyhansyah)