Profil Umar Wirahadikusumah, Wapres ke-4 RI

Umar Wirahadikusumah. (Dok. Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia)

Profil Umar Wirahadikusumah, Wapres ke-4 RI

Riza Aslam Khaeron • 6 October 2025 15:47

Jakarta: Pada Senin, 6 Oktober 2025, kabar duka datang dari keluarga besar almarhum Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah. Istrinya, Karlinah Djaja Atmadja Wirahadikusumah, wafat di RSPAD Gatot Subroto dalam usia 95 tahun pada pukul 04.33 WIB.

Karlinah dikenal sebagai sosok pendamping setia dan aktif dalam kegiatan sosial, termasuk sebagai Ketua Pembina Yayasan Pantara. Suaminya, Umar bukan hanya dikenal sebagai prajurit sejati, tetapi juga negarawan yang menjunjung tinggi etika dan moralitas dalam pemerintahan.

Dari medan tempur di masa revolusi hingga ruang sidang istana, jejaknya menandai bab penting dalam sejarah Indonesia. Berikut profil Wapres Ke-4 RI, Umar Wirahadikusumah. Berikut profil Wapres Ke-4 RI, Umar Wirahadikusumah.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Umar Wirahadikusumah lahir pada 10 Oktober 1924 di Situraja, Sumedang, Jawa Barat. Ayahnya bernama Raden Rangga Wirahadikusumah, Wedana di Ciawi dan Tasikmalaya. Ibunya, Raden Ratnaringrum, adalah putri dari Patih Demang Kartamenda di Bandung.

Ibunya wafat saat Umar masih kecil. Ia kemudian diasuh neneknya, Nyi Raja Juwita, di Cicalengka, sebelum pindah kembali ke Ciawi bersama ayahnya.

Pendidikan dasar ia jalani di Hollandsch-Inlandsche School, kemudian berlanjut ke Europeesche Lagere School (ELS) di Tasikmalaya, dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Pasundan.

Karier Militer

Pada masa pendudukan Jepang, Umar mengikuti pelatihan dalam kelompok pemuda binaan Jepang dan kemudian bergabung ke PETA pada Oktober 1944. Setelah proklamasi kemerdekaan, ia masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kelak menjadi TNI, dan aktif dalam Divisi Siliwangi.

Ia terlibat dalam penumpasan Pemberontakan Madiun (1948) dan pemberontakan PRRI di Sumatra. Ia juga sempat menjadi ajudan A.H. Nasution.

Tahun 1959, Umar menjabat Panglima Kodam V/Jaya dan bertanggung jawab atas keamanan Jakarta. Saat G30S pecah pada 1 Oktober 1965, Umar berkeliling kota untuk memastikan situasi. Ia menginformasikan kejadian penculikan para jenderal kepada Mayjen Suharto dan mendukung langkah Suharto mengambil alih komando.

Ia juga menetapkan jam malam dan membatasi media. Umar menyetujui pembentukan KAP-GESTAPU (Komando Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September).

Kariernya berlanjut:
  • Panglima Kostrad (1965–1967), menggantikan Suharto
  • Wakil Kepala Staf TNI AD (1967)
  • Kepala Staf TNI AD (1969–1973).

Ketua BPK dan Wakil Presiden

Setelah mengakhiri masa dinas militernya, Umar Wirahadikusumah diangkat menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 1973. Dalam perannya sebagai Ketua BPK selama sepuluh tahun hingga 1983, Umar dikenal tegas terhadap praktik penyalahgunaan keuangan negara.

Ia beberapa kali menyampaikan bahwa tidak ada satu pun kementerian atau lembaga pemerintah yang benar-benar bebas dari penyimpangan anggaran berdasarkan temuan audit BPK. 

Pada 11 Maret 1983, Umar dilantik sebagai Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia mendampingi Presiden Soeharto, menggantikan Adam Malik. Penunjukan ini dinilai mengejutkan karena Umar bukan berasal dari kalangan sipil maupun partai politik dominan. 

Sebagai wakil presiden, Umar kerap melakukan kunjungan mendadak ke berbagai daerah, bahkan secara diam-diam (incognito), untuk melihat langsung pelaksanaan program pemerintah. Ia juga mengadakan kegiatan pengajian rutin dan shalat berjamaah di Istana Wakil Presiden.

Umar sering menggunakan forum tersebut untuk menyampaikan ajakan hidup bersih dan menolak praktik korupsi, dengan gaya khas militer dan pendekatan keagamaan. Masa jabatannya berakhir pada 11 Maret 1988 dan posisinya digantikan oleh Sudharmono.
 
Baca Juga:
Istri Wapres Ke-4 RI Karlinah Umar Wirahadikusumah Meninggal
 

Kematian

Pada Mei 1998, menjelang lengsernya Presiden Soeharto, Umar turut mendatangi kediaman Soeharto bersama Sudharmono dan Try Sutrisno. Keterlibatan Umar dalam pertemuan ini mencerminkan keprihatinannya terhadap krisis nasional yang sedang berlangsung.

Umar Wirahadikusumah wafat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, pukul 19.53 WIB, Jumat, 21 Maret 2003 . Dia meninggal dunia dalam usia 78 tahun akibat komplikasi penyakit jantung dan gangguan paru-paru yang telah lama dideritanya.

Jenazahnya disemayamkan di rumah duka sebelum dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 22 Maret 2003.

Upacara pemakaman dilakukan dengan penghormatan kenegaraan sebagai bentuk pengakuan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara. Sejumlah tokoh nasional, pejabat pemerintahan, dan perwakilan TNI turut hadir memberikan penghormatan terakhir.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)