Warga Selaawi, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, melakukan gerakan seribu dilakukan untuk membeli tanah wakaf untuk makam dan kini saldo bersih terakhir tercatat mencapai Rp 101 juta
Media Indonesia • 7 October 2025 23:39
Tasikmalaya: Warga Selaawi di Kelurahan Tuguraja, Kota Tasikmalaya menolak program Rereongan Sapoe Sarebu yang diinisiasi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Penolakan muncul karena program pemerintah dinilai tumpang tindih dengan Gerakan Seribu yang telah berjalan selama satu tahun empat bulan.
Wakil Ketua RW 05, Ustad Iri Syamsuri, menjelaskan program serupa telah lama diterapkan di lingkungannya. Warga secara sukarela menyisihkan Rp1.000 per hari untuk berbagai kebutuhan sosial.
"Gerakan seribu yang dilakukan selama ini memang ada petugas mendatangi rumah warga," kata Iri Syamsuri, Selasa, 7 Oktober 2025.
Gerakan warga telah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp100 juta lebih. Dana tersebut awalnya dikumpulkan untuk membeli lahan pemakaman yang semakin padat.Warga berencana membeli tanah seharga Rp700 juta untuk dijadikan tanah wakaf. Pengumpulan dana ini diakui cukup berat mengingat berbagai iuran lain yang harus dibayar warga.
Setelah melalui proses musyawarah, akhirnya disepakati Gerakan Seribu per hari. Program ini telah berjalan dengan baik dan diterima seluruh warga. Kelurahan Selaawi memiliki 600 kepala keluarga yang terbagi dalam enam RT. Gerakan Seribu dilaksanakan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak mana pun.
"Kalau gerakan diambil alih oleh pemerintah, bisa menurunkan kepercayaan masyarakat," ujarnya.
Saldo terakhir Gerakan Seribu tercatat mencapai Rp101.716.820. Dana tersebut bersih setelah dipotong biaya operasional dan upah petugas keliling. Setiap minggu, pengurus mengumumkan perkembangan dana kepada warga. Pengumuman dilakukan melalui khutbah Jumat dan pengajian rutin. Pengelolaan dana Gerbu dilaksanakan dengan prinsip transparansi dan keikhlasan. Warga mengetahui dengan jelas alokasi penggunaan uang yang mereka sumbangkan.
"Program yang diluncurkan Gubernur Jabar jelas kami tolak lantaran tumpang tindih," pungkas Iri Syamsuri.
Warga khawatir program pemerintah akan mengurangi partisipasi masyarakat dalam Gerakan Seribu. Mereka lebih mempertahankan program swadaya yang telah terbukti berjalan efektif. Prinsip gotong royong yang telah terbangun selama ini dianggap lebih sesuai dengan kebutuhan warga. Sistem yang sudah berjalan dinilai lebih memahami kondisi riil masyarakat setempat.