Ilustrasi. Foto: Freepik.
Eko Nordiansyah • 25 September 2025 13:30
Jakarta: Generasi Z kini mengubah lanskap dunia kerja dengan tren terbaru bernama office frogging, yaitu konsep karier di mana pekerja muda berpindah-pindah pekerjaan seperti katak melompat dari satu daun teratai ke daun lainnya.
Menurut data terbaru, hampir 50 persen karyawan di Amerika Serikat aktif mencari peran baru, menandakan adanya pergeseran besar dalam loyalitas pekerja.
Dilansir dari Forbes dan New York Post, CEO Kickresume, Peter Duris, menjelaskan office frogs adalah karyawan yang tidak bertahan lama di satu pekerjaan, biasanya berasal dari Generasi Z dan tidak takut mengambil risiko dengan penuh keyakinan.
Tren ini semakin menguat dengan data Culture Amp yang menunjukkan penurunan rasa bangga kerja sebesar empat persen sejak 2022.
Baca juga:
Gen Z Terapkan Quiet Covering di Tempat Kerja, Apa Itu? |
Alasan utama Gen Z memilih tren ini antara lain peluang mendapatkan kenaikan gaji sebesar 15 hingga 30 persen dengan berpindah kerja, kesempatan belajar keterampilan baru di perusahaan berbeda, pencarian kepuasan kerja yang lebih sesuai dengan nilai pribadi, serta fleksibilitas dalam budaya kerja hybrid maupun remote.
Namun, tren ini juga membawa dampak negatif bagi perusahaan. Biaya turnover menjadi tinggi karena rekrutmen dan pelatihan karyawan baru bisa mencapai hingga 200 persen gaji tahunan.
Produktivitas menurun akibat proses adaptasi karyawan baru, dan perusahaan kehilangan transfer pengetahuan ketika karyawan berpengalaman memilih keluar.
Sementara itu, bagi Gen Z yang ingin “melompat,” disarankan agar tidak terlalu sering berpindah dalam rentang waktu kurang dari enam bulan karena bisa dicap tidak loyal.
Setiap perpindahan kerja juga sebaiknya dilakukan dengan alasan strategis yang memberi nilai tambah pada keterampilan maupun gaji, serta tetap menjaga profesionalitas dengan tidak mengkritik negatif perusahaan lama saat wawancara.
Duris menegaskan office frogging bisa menjadi strategi karier jika dilakukan dengan tepat, namun perusahaan juga perlu melakukan introspeksi untuk mengetahui alasan karyawan memilih pergi.
Tren ini memaksa perusahaan berinovasi dalam retensi talenta, sementara bagi Gen Z, setiap langkah “melompat” perlu dipertimbangkan dengan matang karena tidak semua daun teratai lebih hijau dari yang sekarang. (Muhammad Adyatma Damardjati)