Pasukan UNIFIL yang bertugas di Lebanon. Foto: Anadolu
18 November 2025 20:12
New York: Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyampaikan kekhawatiran mendalam atas meningkatnya serangan yang membahayakan keselamatan pasukan penjaga perdamaian di Lebanon.
Peringatan ini disampaikan setelah United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) melaporkan tembakan tank Israel yang terjadi di dekat personelnya di Lebanon selatan.
“Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan meningkatnya insiden yang berdampak pada keselamatan dan keamanan penjaga perdamaian kami,” ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric, dikutip dari media TRT World, Selasa, 18 November 2025.
UNIFIL menjelaskan bahwa pihaknya telah meminta militer Israel segera menghentikan tembakan. Meski tidak ada personel yang terluka, insiden tersebut dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Resolusi yang diadopsi pada 11 Agustus 2006 itu menyerukan penghentian permusuhan antara Hezbollah dan Israel, serta menetapkan zona bebas senjata antara Sungai Litani dan perbatasan Blue Line.
Situasi di Lebanon selatan terus memanas dalam beberapa pekan terakhir. Militer Israel meningkatkan serangan udara hampir setiap hari dengan dalih menargetkan anggota dan infrastruktur Hezbollah. Sejak serangan dimulai pada Oktober 2023 dan meningkat pada September 2024, Israel telah menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai hampir 17.000 warga Lebanon.
Di tengah kondisi tersebut, Guterres kembali mengingatkan seluruh pihak untuk mematuhi kewajiban mereka dalam melindungi personel dan properti PBB. Ia menegaskan bahwa penjaga perdamaian tidak boleh menjadi sasaran serangan. PBB menilai insiden terbaru ini mencerminkan memburuknya keamanan di wilayah perbatasan.
Di bawah kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan November 2024, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan pada Januari lalu. Namun, Israel hanya melakukan penarikan sebagian dan tetap menempatkan pasukan di lima pos perbatasan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai stabilitas kawasan dan keselamatan pasukan internasional yang bertugas.
(Keysa Qanita)