5 Fakta Perjalanan Gedung STOVIA Menjadi Museum Kebangkitan Nasional

Salah satu suasana di dalam Museum Kebangkitan Nasional. Dok. IG Muskitnas Official

5 Fakta Perjalanan Gedung STOVIA Menjadi Museum Kebangkitan Nasional

M Rodhi Aulia • 20 May 2025 13:07

Jakarta: Bangunan tua di Jalan Abdurrahman Saleh Nomor 26, Jakarta Pusat, kini dikenal sebagai Museum Kebangkitan Nasional. Namun, lebih dari sekadar museum, tempat ini adalah saksi bisu lahirnya organisasi Boedi Oetomo yang memicu gerakan nasional Indonesia 117 tahun silam.

Gedung tersebut dulunya merupakan kampus School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), tempat para pelajar bumiputra belajar ilmu kedokteran di masa kolonial. Dari ruang kelas yang sederhana, tepat pada 20 Mei 1908, sekelompok pelajar cerdas membentuk organisasi modern pertama yang memperjuangkan martabat bangsa.

Organisasi Boedi Oetomo tidak lahir dari panggung politik besar, melainkan dari kesadaran intelektual akan pentingnya persatuan, pendidikan, dan kemajuan sosial. Kini, gedung yang menjadi lokasi pertemuan bersejarah itu telah diubah menjadi cagar budaya nasional untuk mengenang dan memaknai kembali semangat perjuangan generasi terdahulu.

Berikut lima fakta sejarah tentang transformasi Gedung STOVIA menjadi Museum Kebangkitan Nasional yang menyimpan warisan Boedi Oetomo:

1. Lahirnya Boedi Oetomo di Ruang Kelas STOVIA

Tanggal 20 Mei 1908 tercatat sebagai momen bersejarah di mana sembilan pelajar STOVIA mengadakan pertemuan di ruang kelas anatomi untuk mendirikan organisasi Boedi Oetomo. Pertemuan itu berlangsung sederhana, namun berdampak besar bagi sejarah Indonesia.

“Adapun tokoh yang hadir saat itu Sutomo, ?Gunawan Mangunkusumo, Gondo Suwarno, Moh. Sulaiman, RA Projosudirdjo, R. Mas ?Goembrek, Moh Shaleh, Suraji Tirtonegoro dan Suwarno," demikian seperti dikutip dari lama resmi Kemendikbud, Selasa, 20 Mei 2025.

Baca juga: 5 Pesan Presiden Prabowo pada Hari Kebangkitan Nasional 2025

2. Dari Kampus Kedokteran ke Situs Sejarah

Gedung STOVIA mulai dibangun pada 1889 dan selesai pada 1901. Sejak 1902 hingga 1925, bangunan ini berfungsi sebagai kampus pendidikan dokter pribumi. Setelahnya, beralih menjadi tempat pendidikan MULO, AMS, dan Sekolah Asisten Apoteker hingga masa pendudukan Jepang.

Perubahan fungsi terus terjadi hingga akhirnya diakui sebagai gedung bersejarah pada 1974, dan dinamakan Gedung Kebangkitan Nasional.

3. Diubah Menjadi Museum Nasional pada 1984

Kompleks gedung STOVIA mengalami transformasi signifikan. Pada 7 Februari 1984, pemerintah menetapkan seluruh bangunan tersebut menjadi satu kesatuan institusi bernama Museum Kebangkitan Nasional, menggantikan fungsi sebelumnya sebagai empat museum terpisah.

"Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan sebuah Museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkitan Nasional," dikutip dari laman resmi Museum Kebangkitan Nasional.

Penetapan tersebut dilakukan setelah gedung diakui sebagai bangunan cagar budaya pada 1974, yang memperkuat statusnya sebagai situs penting sejarah Indonesia.

4. Dilindungi sebagai Cagar Budaya dan Dikelola Kementerian

Museum Kebangkitan Nasional dilindungi berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0578/U/1983 dan Undang-undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010. Saat ini, museum berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Setelah sempat dikelola oleh Pemprov DKI dan Kementerian Pariwisata, museum dikembalikan ke Kemendikbud pada 2012 sebagai Unit Pelaksana Teknis. Kemudian pada era Presiden Prabowo Subianto sejak Oktober 2024, museum ini dikelola Kementerian Kebudayaan.

5. Memiliki Ribuan Koleksi Sejarah Pergerakan Nasional

Museum ini menyimpan tak kurang dari 2.042 koleksi, mulai dari artefak medis, pakaian, dokumen, senjata, hingga diorama. Ruang pamer dibagi ke dalam beberapa zona, termasuk ruang pergerakan awal dan ruang memorial Boedi Oetomo.

Salah satu atraksi pentingnya adalah peragaan sidang dosen STOVIA yang memperdebatkan eksistensi Boedi Oetomo, lengkap dengan kutipan ikonik dari Dr. HF Roll.

Gedung tua di Kwitang ini bukan sekadar bangunan peninggalan kolonial. Ia adalah simbol kebangkitan bangsa yang lahir dari ruang pendidikan.

Menelusuri setiap sudutnya, kita tak hanya melihat artefak, tapi juga menapak jejak perjuangan intelektual yang membangun fondasi Indonesia merdeka. Museum Kebangkitan Nasional adalah warisan yang tak boleh dilupakan—sebuah pengingat abadi bahwa kemerdekaan dimulai dari ruang belajar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)