Petugas Palang Merah Filipina menyelamatkan warga di area terdampak Topan Kalmaegi di Talamban, 4 November 2025. (Philippine Red Cross/Handout)
Willy Haryono • 5 November 2025 06:34
Manila: Jumlah korban tewas akibat Topan Kalmaegi di Filipina meningkat menjadi 46 orang, termasuk enam personel militer yang tewas saat helikopter mereka jatuh di tengah badai besar yang memicu hujan lebat dan banjir di wilayah tengah negara itu.
Air bah memaksa banyak warga bertahan di atap rumah mereka, menenggelamkan kendaraan pada Selasa kemarin, sementara seluruh kota di Pulau Cebu terendam banjir.
Sedikitnya 39 orang tewas di Provinsi Cebu bagian tengah, menurut otoritas setempat. Satu korban dilaporkan meninggal di pulau terdekat, Bohol.
Helikopter jenis Huey milik militer jatuh di Agusan del Sur, Pulau Mindanao, ketika sedang menjalankan misi bantuan kemanusiaan dan tanggap bencana. Enam jenazah awak telah ditemukan, dan penyelidikan atas insiden itu masih berlangsung, kata pihak militer.
Dalam 24 jam sebelum Topan Kalmaegi, yang secara lokal disebut Tino, mendarat tak lama sebelum tengah malam pada Senin, wilayah sekitar ibu kota provinsi Cebu City diguyur hujan setinggi 183 milimeter, jauh melebihi rata-rata bulanan 131 milimeter, ujar pakar cuaca Charmagne Varilla dari badan meteorologi kepada AFP.
“Air naik begitu cepat,” kata Don del Rosario (28), warga Cebu City kepada AFP.
“Sekitar pukul 4 pagi, sudah tak terkendali. Orang-orang tak bisa keluar dari rumah mereka," sambungnya.
“Saya sudah tinggal di sini selama 28 tahun, dan ini sejauh ini yang terburuk yang pernah kami alami," ungkap Don, dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 5 November 2025.
Dalam unggahan di Facebook pada Selasa, Gubernur Provinsi Cebu Pamela Baricuatro menyebut situasi di Cebu sebagai sesuatu yang “belum pernah terjadi sebelumnya.”
“Kami mengira angin akan menjadi bagian paling berbahaya, tapi ternyata airlah yang benar-benar mengancam warga kami,” tulis Baricuatro. “Banjir ini benar-benar menghancurkan.”
Meski topan itu perlahan melemah pada Selasa, Kalmaegi masih membawa angin berkecepatan 120 kilometer per jam dengan embusan hingga 165 kilometer per jam ketika melintasi Kepulauan Visayas menuju Palawan bagian utara dan Laut China Selatan.
Puluhan ribu warga dievakuasi dari berbagai wilayah di Visayas, termasuk sebagian Luzon selatan dan Mindanao utara, menurut otoritas setempat. Topan tersebut diperkirakan akan meninggalkan wilayah Filipina pada Rabu malam atau Kamis dini hari.
“Karena interaksi dengan kondisi daratan, Tino mungkin sedikit melemah saat melintasi Visayas. Namun, diperkirakan akan tetap berintensitas topan selama perjalanannya di negara ini,” tulis badan cuaca PAGASA dalam buletin pagi.
Filipina rata-rata dilanda sekitar 20 badai dan topan setiap tahun, sering kali menghantam wilayah rawan bencana di mana jutaan penduduk hidup dalam kemiskinan. Negara itu telah diterpa dua badai besar pada September lalu, termasuk Super Typhoon Ragasa yang menewaskan sedikitnya tiga orang dan memaksa ribuan warga mengungsi dari desa serta sekolah di wilayah utara Filipina.
Topan Kalmaegi diperkirakan mendarat di wilayah tengah Vietnam pada Kamis malam, wilayah yang sebelumnya juga dilanda banjir besar dan menewaskan sedikitnya 40 orang serta enam lainnya masih hilang dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Topan Kalmaegi Picu Banjir Parah di Vietnam, 40 Orang Dilaporkan Tewas