Menag Luncurkan AICIS+ 2025, Bahas Perubahan Iklim hingga Perdamaian Dunia

Menteri Agama Nasaruddin Umar. Foto: Kemenag.

Menag Luncurkan AICIS+ 2025, Bahas Perubahan Iklim hingga Perdamaian Dunia

Arga Sumantri • 9 July 2025 15:43

Jakarta: Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meluncurkan Annual International Conference on Islam, Science and Society 2025 (AICIS+ 2025). Ini menjadi salah satu forum kajian keislaman bagi para ilmuan dan akademisi dari dalam maupun luar negeri.

"Setelah Timur Tengah, Indonesia adalah tempat lahirnya peradaban Islam baru," kata Nasaruddin Umar saat peluncuran AICIS+ 2025 di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Rabu, 9 Juli 2025. 

Nasaruddin mengungkapkan AICIS yang telah berjalan selama 23 tahun, kini mengalami reposisi besar. Simbol + bukan hanya tambahan, melainkan tanda bahwa Indonesia mendorong Islam untuk hadir dalam percakapan global lintas ilmu, termasuk isu perubahan iklim, sains, teknologi, ekonomi berkelanjutan, hingga perdamaian dunia.

"AICIS+ bukan lagi hanya forum kajian keislaman. Ini adalah forum ilmu pengetahuan Islam yang menyatu dengan tantangan kemanusiaan global," ujar dia.

AICIS+ 2025 akan digelar pada 29–31 Oktober 2025 di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat. Forum ini mengangkat tema Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan.
 

Baca juga: Tak Hanya Sebagai Tempat Ibadah, Menag Ingin Masjid Jadi Pusat Pembinaan Keluarga

Forum ini disebut ahdir sebagai respons terhadap dua krisis terbesar dunia saat ini; krisis dehumanisasi dan ekologis. Sejalan dengan semangat Deklarasi Istiqlal 2024, konferensi ini mengedepankan nilai-nilai spiritualitas Islam seperti kasih sayang, solidaritas, dan kepedulian terhadap seluruh kehidupan.

"Kita tidak ingin Islam hanya bicara ke dalam. Lewat AICIS+, Islam Indonesia akan bicara ke dunia, dengan bahasa kemanusiaan dan peradaban," ungkapnya.

Melalui AICIS+, Indonesia menawarkan model Islam rahmatan lil 'alamin yang solutif dan kontributif. Sekaligus, membuka jalan bagi Asia Tenggara untuk tampil sebagai aktor utama dalam peradaban Islam modern.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Amien Suyitno mengungkapkan konferensi ini terbuka bagi para cendekiawan yang ingin mengirimkan abstrak dan makalah ilmiah dengan 8 subtema strategis, mulai dari ekoteologi dan ekofeminisme, hingga transformasi teknologi dan dekolonisasi studi Islam.

"Islam tidak boleh bicara sendiri. Ia harus bicara dengan sains dan masyarakat," ungkap Amien.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)