Perubahan Iklim. Foto: Medcom.id.
Arif Wicaksono • 10 August 2023 17:13
Belém: Seiring dengan perbincangan yang terjadi pada KTT Organisasi Perjanjian Kerjasama Amazon (ACTO) di Belém, Presiden terpilih COP28 Sultan Al Jaber dan Presiden Brasil Lula da Silva telah menunjukkan komitmen bersama dalam menciptakan masa depan iklim yang lebih merata dengan menyorot fokus pada alam dalam agenda iklim di COP28.
Keduanya telah menunjukkan keinginan untuk menghadirkan kemajuan iklim yang inklusif, tangguh, dan bertahan lama. Hal ini seiring dengan pengumuman yang baru dilakukan Sultan terkait rencana COP28 untuk mempercepat transisi energi secara teratur dan merata, membenahi pendanaan iklim, berfokus pada masyarakat dan kehidupan serta memastikan seluruhnya berlangsung secara inklusif.
Pada perbincangan ini, Sultan Al Jaber dan Presiden da Silva menekankan kembali pentingnya melindungi hutan hujan Amazon agar peningkatan suhu yang terbatasi pada 1.5C tetap dalam batas aman. Keduanya telah bersepakat terkait beberapa isu yang perlu diatasi, termasuk menghentikan deforestasi dan pengurangan lahan, meningkatkan bioekonomi dan memperkuat aksi adaptasi.
Hal-hal genting lainnya seperti menyebarluaskan praktik pertanian yang rendah karbon, memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral di berbagai bidang seperti pangan, kesehatan, sains, teknologi, dan inovasi juga dibahas dalam perbincangan ini. Namun, reformasi pendanaan iklim internasional dan memperkuat penerapan energi bersih dirasa masih perlu menjadi fokus bersama untuk dikejar mulai dari COP28 hingga COP30 nanti.
"Presiden Lula da Silva berhasil memberikan energi, fokus, dan semangat yang kita perlukan di tengah urgensi saat ini. Pada paruh pertama 2023 sendiri, beliau mampu menurunkan tingkat deforestasi hutan Amazon Brasil hingga 34 persen dan inilah bentuk kepemimpinan yang mampu memberikan dampak nyata di kehidupan kita," jelas Sultan Al Jaber dalam keterangan resmi, Kamis, 10 Agustus 2023.
"Bersama Presiden da Silva, saya mengajak para pemimpin lainnya untuk mari bersama-sama membawa energi dan ambisi besar pada COP28, dan secara spesifik, untuk bersatu mengambil sebuah tindakan tegas dan meraih hasil yang maksimal dalam pendanaan iklim dan transisi energi global," tegas dia.
ACTO menyatukan Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, Suriname, dan Venezuela dalam sebuah ambisi bersama untuk mempromosikan pelestarian lembah Amazon dan mengatur pembangunan di Amazon.
Kehadiran Al Jaber pada KTT ini bukan hanya untuk bertemu dengan Presiden da Silva, tetapi untuk berbincang secara langsung dengan ACTO dan membahas hasil kerja nyata yang telah dilakukan dalam melindungi Amazon serta komitmennya dalam mendukung Kooperasi Selatan-ke-Selatan serta aliansi antara Brasil dan negara dengan hutan tropis lainnya termasuk Indonesia dan Republik Demokratik Kongo.
Namun, fokus utama dari pidato sambutan yang disampaikannya adalah pentingnya upaya bersama ini hadir pada COP28 untuk meningkatkan ambisi kemajuan di semua pilar iklim dan membangun jembatan menuju masa depan yang berkelanjutan, khususnya di bidang pendanaan internasional.
Ia menyatakan perlu memperluas pendanaan iklim yang dapat tersedia, mudah diakses, serta terjangkau untuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling rentan terhadap perubahan iklim serta memastikan pendanaan iklim tetap memadai untuk memenuhi kebutuhan alam.
"Kepresidenan ini akan terus menekan negara-negara donor untuk memenuhi janjinya dalam menyumbangkan 100 miliar dana yang telah jatuh tempo. Kita juga perlu berusaha dan memastikan bahwa porsi yang telah ditentukan dari dana itu tersalurkan untuk perlindungan alam dan hutan," tegas dia.
Sultan juga mengapresiasi Brasil karena telah melibatkan masyarakat adat dalam menyusun solusi perubahan iklim dan menyampaikan komitmen COP28 untuk memastikan hak-hak masyarakat adat berada di garis terdepan dan menjadi pertimbangan penting bagi pendekatan COP28 pada alam.
"Meski hanya merepresentasikan lima persen dari keseluruhan populasi dunia, masyarakat adat mampu melindungi 80 persen keanekaragaman hayati kita. Peran masyarakat adat dalam menjaga ekosistem alami dan memperluas praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan bukanlah bualan semata. COP28 akan memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi perspektif sehingga suara dan kebijaksanaan mereka dapat didengar dan disebarluaskan," kata dia.