Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell. (AP)
Marcheilla Ariesta • 5 February 2024 12:50
Brussels: Kepala Kebijakan Luar Negeri Eropa Josep Borrell memperingatkan tindakan untuk menangguhkan pendanaan badan pengungsi Palestina (UNRWA) adalah hal yang sangat tidak bijaksana. Menurutnya, tindakan ini bisa berbahaya ke depannya.
"Mencairkan dana UNRWA akan menjadi tidak proporsional dan berbahaya," kata Borrell, dilansir dari AFP, Senin, 5 Februari 2024.
Penangguhan dana UNRWA dilakukan oleh negara-negara donor usai rumor dari Israel mengenai dugaan keterlibatan karyawan dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Borrell menambahkan, UNRWA harus segera meluncurkan penyelidikan.
"Tuduhan ini memang serius dan tidak boleh dibiarkan begitu saja jika benar," sambungnya.
Penangguhan dana ini terjadi di tengah perang Israel di Gaza yang hingga Minggu kemarin menewaskan lebih dari 27 ribu orang. Sementara itu, negara-negara yang menangguhkan pendanaan UNRWA, termasuk pendonor utama seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Swedia.
Badan tersebut – yang telah menerima nominasi Norwegia untuk Hadiah Nobel Perdamaian – telah memperingatkan bahwa mereka harus menghentikan operasinya pada akhir bulan ini jika pendanaan ditarik secara signifikan.
PBB telah mengumumkan audit terhadap operasi UNRWA dan mengatakan bahwa mereka akan menentukan apakah badan tersebut harus ditangguhkan berdasarkan hasil penyelidikan tersebut.
Borrell mengatakan dia yakin penyelidikan akan selesai sebelum peluncuran penyelidikan eksternal independen menjelang pembayaran berikutnya dari Komisi Eropa yang jatuh tempo pada akhir bulan.
Borrell menambahkan bahwa total dana yang ditangguhkan saat ini berjumlah “lebih dari US$440 juta, atau sekitar setengah dari dana yang diharapkan lembaga tersebut untuk tahun 2024.”
Dia memperingatkan kekurangan seperti itu akan membahayakan keberadaan badan tersebut.
Menanggapi serangan tanggal 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, Israel berjanji untuk memusnahkan Hamas.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pekan lalu bahwa badan PBB tersebut telah “disusupi sepenuhnya” oleh kelompok tersebut, yang telah memerintah Gaza sejak 2007.
Israel telah menanggapi serangan itu dengan serangan udara dan darat yang telah menewaskan 27.365 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data Kementerian Kesehatan Hamas yang diperbarui pada hari Minggu.
Baca juga: Pendanaan Dihentikan, UNRWA Terancam Hentikan Operasi Akhir Februari