Batu Bara. Foto: Unsplash.
Singapura: Bank terbesar di Singapura, DBS Group, telah meningkatkan komitmen pembiayaan berkelanjutannya sebesar 37,3 persen menjadi 70 miliar dolar Singapura dari 51 miliar dolar Singapura pada 2022.
baca juga: Transisi Energi Hijau Perlu Pengkajian Matang |
DBS, yang juga merupakan bank dengan aset terbesar di Asia Tenggara, mengurangi eksposur batubara termal sebesar 18,2 persen menjadi 1,8 miliar dolar Singapura pada tahun lalu dari 2,2 miliar dolar Singapura pada 2022.
Chief Sustainability Officer DBS Bank Helge Muenkel menuturkan pemberi pinjaman juga telah memperbarui kebijakannya agar selaras dengan taksonomi regional mengenai penghentian penggunaan batubara secara bertahap.
“Kami secara besar-besaran mengurangi paparan batu bara termal, namun kami ingin lebih dari itu,” kata Muenkel dikutip dari
Channel News Asia, Kamis, 7 Maret 2024.
“Kami ingin mendukung transisi yang adil dengan memfasilitasi penutupan dini pembangkit listrik tenaga batu bara.” tegas dia.
Kurangi pinjaman ke emiten batu bara termal
DBS sudah melakukan ini dengan menyatakan keluar dari pendanaan ke PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Mereka mulai mengencangkan kebijakan penghentian pinjaman ke sektor batu bara.
“Eksposur kami di anak perusahaan Adaro yang terlibat di sektor batubara termal akan berkurang secara signifikan di akhir 2022. Kami tidak ada niat untuk memperbarui pendanaan jika entitas bisnis tersebut masih didominasi batu bara termal," kata juru bicara dari DBS mengutip Strait Times, Rabu, 7 September 2022.
Di 2021, batu bara menyumbangkan 96 persen dari pendapatan Adaro, tanpa ada rencana untuk mengurangi ketergantungan dari batu-bara. Sedangkan, DBS berkomitmen untuk mengurangi eksposur batu bara sampai dengan nol di tahun 2039.