Seorang Ayah Terpukul Lihat Anak Kembarnya Tewas akibat Serangan israel

Mohammad Abu Al Qumsan memperlihatkan akta kelahiran dari dua anak kembarnya yang meninggal akibat serangan Israel di Gaza. (CNN)

Seorang Ayah Terpukul Lihat Anak Kembarnya Tewas akibat Serangan israel

Fajar Nugraha • 14 August 2024 14:12

Gaza: Pedihnya hati seorang ayah di Jalur Gaza ketika pergi untuk mendaftarkan kelahiran anak kembarnya dan pulang melihat buah hatinya tewas. Anak kembarnya itu tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.

Mohammad Abu Al Qumsan gemetar dan terkesiap karena tak percaya. Matanya berkaca-kaca sebelum ia jatuh lemas di halaman Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa di Gaza tengah.

"Saya mohon. Saya mohon. Izinkan saya melihat mereka," teriaknya kepada pejabat kesehatan di fasilitas medis tersebut pada hari Selasa, ujar Al Qumsan, seperti dikutip CNN, Rabu 14 Agustus 2024.

"Dia baru saja melahirkan. Tolong izinkan saya melihatnya,” ujar Al Qumsan.

Beberapa jam sebelumnya, ayah dua anak Palestina itu meninggalkan apartemennya di Deir al-Balah untuk mengambil akta kelahiran untuk anak kembarnya yang berusia tiga hari – Aysal dan Aser, laki-laki dan perempuan.

Namun saat ia keluar, dirinya menerima panggilan telepon bahwa serangan Israel telah menghantam rumahnya, menewaskan kedua bayi itu, bersama dengan istrinya, Jumana.

Memilukan

Rekaman yang direkam oleh seorang jurnalis lepas yang bekerja untuk CNN menunjukkan puluhan pelayat berkerumun di sekitar Al Qumsan di Rumah Sakit Al Aqsa. Warga lain mencoba menghibur pria yang sedang berduka itu, dengan lembut membelai dahinya.

Dalam adegan lain, Al Qumsan terlihat berlutut di samping jenazah almarhum yang dibungkus kain kafan, sebelum melakukan salat jenazah Islam bersama para jamaah.

“Istrinya, seorang apoteker, dan si kembar termasuk di antara sedikitnya 23 orang, termasuk bayi berusia sembilan bulan, yang tewas dalam beberapa serangan Israel di daerah itu,” menurut pejabat rumah sakit.

CNN telah menghubungi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk memberikan komentar tentang serangan itu.

"Semoga Tuhan mempersatukan kalian di surga, sayangku," kata seorang Imam. "Demi Tuhan, kamu akan dipersatukan kembali dengan mereka di surga dan bersama mereka selamanya,” lanjut Imam itu.

Al Qumsan mengatakan kepada CNN bahwa dia telah memindahkan keluarganya ke sebuah apartemen di Deir al-Balah, dalam upaya putus asa untuk melindungi istrinya yang saat itu sedang hamil dari operasi pengeboman Israel yang tiada henti di Gaza.

Beberapa hari sebelumnya, Jumana telah menerbitkan sebuah unggahan di Facebook yang merayakan kelahiran bayi kembarnya, menggambarkannya sebagai sebuah "keajaiban." Pasangan itu menikah musim panas lalu, sebelum perang Israel-Hamas dimulai.

"Bersama selamanya," tulisnya dalam unggahan media sosial sebelumnya yang mengumumkan pernikahan mereka, pada Juli 2023.

Israel melancarkan serangan militernya pada 7 Oktober setelah kelompok militan Hamas, yang memerintah Gaza, menyerang Israel selatan. Setidaknya 1.200 orang tewas dan lebih dari 250 lainnya diculik, menurut otoritas Israel.

Sejak itu, serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina – termasuk lebih dari 16.400 anak-anak, 115 di antaranya bayi baru lahir – dan melukai lebih dari 92.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan di sana.

Perang tak henti terhadap anak-anak

Al Qumsan adalah salah satu dari ratusan ribu korban yang tidak punya waktu untuk meratapi orang yang mereka cintai dengan latar belakang serangan Israel selama 10 bulan yang telah menewaskan seluruh keluarga, memperdalam krisis kemanusiaan, dan mengubah kota-kota menjadi tanah terlantar.

Setidaknya 1,9 juta orang telah mengungsi, menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA. Seluruh populasi yang berjumlah lebih dari 2,2 juta orang telah terpapar risiko kelaparan dan penyakit.

Namun, para pekerja bantuan mengatakan pembatasan bantuan Israel berarti mereka tidak dapat memberikan bantuan kepada warga Gaza yang dilanda perang. Sementara itu, otoritas kesehatan telah memberi tahu CNN bahwa mereka tidak dapat melakukan triase terhadap warga Palestina yang terluka, dalam sistem medis yang dihancurkan oleh serangan Israel. Lebih dari 885 pekerja kesehatan telah tewas, kata kementerian tersebut, dan kurang dari setengah dari 36 rumah sakit di jalur itu beroperasi sebagian.

Badan anak-anak PBB, UNICEF, memperingatkan perang "yang tak henti-hentinya" di Gaza "terus menimbulkan kengerian pada ribuan anak-anak," setelah memperkirakan bahwa setidaknya ada 17.000 anak-anak yang tidak ditemani atau terpisah di Gaza.

"Saya terkejut dengan kedalaman penderitaan, kehancuran, dan pengungsian yang meluas di Gaza," kata Salim Oweis, juru bicara UNICEF, pada hari Jumat.

“Rekaman yang disaksikan dunia di televisi memberikan gambaran penting tentang neraka yang dialami orang-orang selama lebih dari 10 bulan. Yang tidak sepenuhnya ditunjukkan adalah bagaimana di balik bangunan-bangunan yang runtuh seluruh lingkungan, mata pencaharian, dan impian telah diratakan dengan tanah,” pungkas Oweis.

Baca juga:  Miris! Bayi Termasuk Korban Tewas Serangan Israel di Rafah Gaza

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)