Ilustrasi kilang minyak. Foto: Unsplash.
Jakarta: Harga minyak dunia naik pada pembukaan perdagangan hari ini. Minyak dunia naik setelah gejolak geopolitik global berpotensi memberikan tekanan kepada suplai minyak dunia.
Melansir Investing.com, Selasa, 2 Juli 2024, harga minyak dunia acuan Brent berjangka untuk kontrak September 2024 naik 0,27 persen ke level USD86,83 per barel. Kemudian minyak mentah WTI berjangka untuk kontrak Agustus 2024 naik 0,19 persen ke level USD83,54 per barel.
Menurut Analisis Andrew Fischer dari Deu Calion Futures (DCFX), peluang kenaikan harga minyak masih cukup besar. Beberapa faktor global yang memengaruhi harga minyak ini termasuk konflik di Timur Tengah, ketegangan geopolitik, dan kondisi ekonomi di Tiongkok.
Menurut dia, ketegangan di Timur Tengah, terutama setelah serangan udara Israel di Gaza yang menewaskan setidaknya 11 warga Palestina, menjadi salah satu faktor utama yang mendukung kenaikan harga minyak.
Selain itu, tank-tank Israel juga dilaporkan maju ke Rafah dan memasuki kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya mereka kuasai di bagian utara. Ketegangan ini menambah kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak dari wilayah tersebut, yang merupakan salah satu pemasok utama minyak dunia.
Sentimen negatif
Di sisi lain, ekonomi Tiongkok yang cenderung stagnan dan tingkat pengangguran yang tinggi juga menjadi faktor penting dalam analisis harga minyak. Data yang dirilis menunjukkan aktivitas bisnis di Tiongkok masih rapuh, meskipun ada langkah-langkah stimulus baru-baru ini. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan permintaan minyak dari importir utama dunia tersebut.
Data indeks manajer pembelian (PMI) yang lemah dari Tiongkok menambah kekhawatiran terhadap permintaan minyak global. Aktivitas manufaktur PMI di negara ini menyusut untuk dua bulan berturut-turut, sementara aktivitas non-manufaktur juga terlihat melemah.
Data PMI tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok menyusut meskipun ada langkah-langkah stimulus baru-baru ini, yang dapat berdampak negatif pada permintaan minyak mentah.
Didorong melemahnya dolar AS
Pelemahan dolar juga memberikan keuntungan pada harga minyak. Indeks dolar turun setelah Indeks Harga PCE menunjukkan inflasi sedikit menurun di Mei. Angka ini mendorong optimisme inflasi AS mendingin dan meningkatkan taruhan pada penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di September. Dolar AS yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pembeli internasional, sehingga meningkatkan permintaan minyak.
Fokus minggu ini adalah pada sinyal-sinyal dari The Fed, dengan Ketua Jerome Powell yang akan berbicara pada Selasa, serta risalah pertemuan Fed Juni yang akan dirilis Rabu. Data penting penggajian non-pertanian juga akan dirilis Jumat, yang menjadi pertimbangan utama bagi The Fed dalam menggerakkan suku bunga.
Secara keseluruhan, Andrew Fischer menyimpulkan, harga minyak hari ini cenderung naik meski pasar sedang mengalami koreksi. Faktor-faktor seperti ketegangan di Timur Tengah, kondisi ekonomi Tiongkok, dan tren pelemahan dolar AS menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak.