Hamas rilis video sandera yang meminta pemerintah Israel membebaskan mereka. (EPA Images)
Marcheilla Ariesta • 25 April 2024 08:09
Gaza: Kelompok Hamas Palestina merilis sebuah video penyanderaan pada Rabu, 24 April. Video itu menampilkan Hersh Goldberg-Polin, warga Israel-Amerika, yang diculik dalam serangan militan pada 7 Oktober.
Rekaman ini menandai indikasi pertama kondisi Goldberg-Polin sejak penangkapannya dan telah memicu protes yang menuntut tindakan lebih lanjut dari pemerintah Israel untuk pembebasan para sandera.
Goldberg-Polin, menuduh pemerintah Israel mengabaikan warganya yang ditawan oleh Hamas.
“Sekitar 70 sandera terbunuh akibat kampanye pemboman Israel yang membuat kami takut,” demikian dikutip dari One India, Kamis, 25 April 2024.
Video ini masih belum diverifikasi karena keadaan dalam pernyataannya. Waktu pasti pembuatan video ini tidak diketahui, namun referensi pada hari raya Paskah menunjukkan bahwa video tersebut direkam baru-baru ini.
Pria berusia 23 tahun itu sedang menghadiri festival musik Tribe of Nova dekat Gaza ketika dia ditangkap. Video tersebut mengungkapkan bahwa Goldberg-Polin kehilangan sebagian lengan kirinya, sebuah cedera yang disebabkan oleh serangan granat selama serangan awal.
Gambarnya telah menjadi simbol krisis penyanderaan, dan poster-posternya tersebar luas di seluruh Israel.
Rachel Goldberg, ibu Hersh, menjadi salah satu yang terlibat dengan para pemimpin internasional dan berpidato di PBB dalam upaya menjamin pembebasan putranya. Jon Polin, ayah Hersh, menyuarakan sentimen ini dalam permohonan tindakan tegas dari pihak-pihak yang bernegosiasi termasuk Mesir, Israel, Qatar, Amerika Serikat, dan Hamas.
Disebarkannya video tersebut mendorong ratusan orang berkumpul di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem, mendesak pemerintah untuk merundingkan kembalinya para sandera. Demonstrasi tersebut menunjukkan ekspresi ketakutan terhadap nyawa Goldberg-Polin dan tuntutan agar pemerintah segera mengambil tindakan.
Di tengah protes ini, menteri keamanan nasional Israel menghadapi reaksi keras dari masyarakat selama acara Paskah di Sinagoga Agung di Yerusalem. Insiden ini menggarisbawahi rasa frustrasi yang semakin besar terhadap pemerintahan Netanyahu atas penanganan situasi penyanderaan.
Aksi penculikan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober mengakibatkan sekitar 250 tawanan dan sekitar 1.200 warga sipil tewas. Meskipun sebagian besar sandera dibebaskan berdasarkan kesepakatan pertukaran pada November, sekitar 130 lainnya masih ditahan.
Hamas bersikeras melanjutkan penahanan sampai Israel menghentikan tindakan militernya, yang menurut sumber lokal telah merenggut lebih dari 34.000 nyawa warga Palestina.
Netanyahu sendiri tetap teguh pada pendirian Israel untuk mengalahkan Hamas dan menjamin kebebasan semua sandera meskipun kritik dalam negeri semakin meningkat mengenai kelayakan mencapai kedua tujuan tersebut. Komunitas internasional mengamati dengan cermat upaya diplomatik AS, Qatar, dan Mesir untuk menjadi perantara perdamaian dan memfasilitasi pembebasan sandera lebih lanjut menghadapi hambatan.
Baca juga: Hamas Kutuk AS Gunakan Veto Larang Palestina jadi Anggota PBB