Pasukan Hizbullah di Lebanon siap lawan Israel. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 29 November 2024 05:32
Beirut: Militer Israel pada Kamis 28 November 2024 mengatakan bahwa mereka menyerang sebuah fasilitas di Lebanon selatan milik kelompok militan Hizbullah. Serangan dilakukan sehari setelah gencatan senjata antara kelompok tersebut dan Israel dimulai.
"Beberapa saat yang lalu, aktivitas teridentifikasi di sebuah fasilitas yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon selatan. Ancaman tersebut digagalkan oleh sebuah pesawat (Angkatan Udara Israel)," kata militer dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat 29 November 2024.
"(Tentara Israel) tetap berada di Lebanon selatan dan bertindak untuk menegakkan pelanggaran perjanjian gencatan senjata," tambah pernyataan itu.
Wali Kota Baysariyeh di Lebanon selatan, Nazih Eid, mengatakan kepada AFP "sebuah pesawat tempur melancarkan serangan sekitar satu jam yang lalu di tepi timur kota Baysariyeh. Mereka menargetkan kawasan hutan yang tidak dapat diakses oleh warga sipil".
Militer sebelumnya pada Kamis mengatakan telah menembaki beberapa tersangka yang "tiba dengan kendaraan di sejumlah daerah di Lebanon selatan, melanggar ketentuan gencatan senjata".
Gencatan senjata mengakhiri konflik yang dimulai sehari setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023 di Israel, yang menewaskan ribuan orang di Lebanon dan memicu pengungsian massal di Lebanon dan Israel.
Militer Israel juga telah mengumumkan jam malam di Lebanon selatan, memperingatkan penduduk bahwa "dilarang keras untuk bergerak atau bepergian ke selatan Sungai Litani" antara pukul 5.00 sore pada hari Kamis dan pukul 7.00 pagi keesokan harinya.
Kementerian kesehatan Lebanon mengatakan sedikitnya 3.961 orang telah tewas di negara itu sejak Oktober 2023 sebagai akibat dari konflik tersebut, sebagian besar dari mereka dalam beberapa minggu terakhir, sementara 16.520 orang terluka.
Di pihak Israel, permusuhan dengan Hizbullah menewaskan sedikitnya 82 tentara dan 47 warga sipil, kata pihak berwenang di sana.