Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar. (MI/Ebet)
Abdul Kohar • 23 November 2024 09:39
SALAH satu pernyataan paling menarik, bagi sebagian orang mengejutkan, dari menteri di Kabinet Merah Putih ialah apa kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti. Saat menjawab kritik lama soal 'ganti menteri ganti kebijakan', Abdul Mu'ti menyebut ganti kebijakan itu hal yang amat lumrah.
"Bahkan harus. Buat apa ganti menteri kalau kebijakannya sama? Mending pertahankan saja menterinya itu. Termasuk soal kurikulum. Tentu yang tidak sempurna kita perbaiki. Kalau perlu, diganti bila memang dinilai tidak pas. Jadi, tidak usah takut dengan istilah ganti menteri ganti kebijakan," kata Abdul Mu'ti dalam kesempatan pertemuan dengan pimpinan media massa, beberapa waktu lalu.
Lalu, heboh di ruang publik soal penggantian Kurikulum Merdeka Belajar. Banyak orangtua merasa anak mereka menjadi korban kelinci percobaan ganti-ganti kurikulum. Model satu masih meraba-raba, eh tahu-tahu diganti. "Capek, deh," kata mereka.
Namun, Abdul Mu'ti punya keyakinan sebaliknya, bahwa pergantian yang akan dilakukan kementeriannya tidak akan menjebol atau mencabut ide-ide besar dari kurikulum sebelumnya. Model pendekatannya saja yang diperbarui. Strateginya juga bukan barang baru kemarin, melainkan sudah ada sebelumnya.
Ia lalu mengenalkan metode pembelajaran deep learning ful-ful. Metode apa lagi itu? Deep learning sebenarnya termasuk sebuah metode kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang meniru cara kerja otak manusia untuk memproses data, memungkinkan komputer mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lain.
Namun, karena metode itu diterapkan untuk manusia, terlebih anak-anak didik sekolah dasar hingga menengah, dikenalkanlah metode deep learning ful-ful. Mendikdasmen menjelaskan deep learning ful-ful merupakan penggabungan tiga elemen. Ketiganya terdiri dari mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Bisa dikatakan, kata ful-ful berasal dari imbuhan terakhir istilah mindful, meaningful, dan joyful.
Elemen tersebut dirancang dalam rangka menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tapi juga memberikan pengalaman. Melalui konsep mindful learning, seorang guru bakal memperhatikan keunikan setiap siswa, termasuk potensi dan kebutuhan individual mereka.
Misalnya, dalam pelajaran tentang panas (kalor). Siswa diajak bereksperimen di laboratorium. Mereka dapat memahami proses dan manfaat panas dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga saat mempelajari energi, dan seterusnya.
Baca Juga:
Gibran Tegas Perintahkan Mendikdasmen Hapus Sistem Zonasi |