Lokasi budidaya lada di Purbalingga. Istimewa.
Jakarta: Yogi Dwi Sungkowo membuktikan hasil bumi Indonesia dapat bersaing di kancah Internasional. Petani asal Purbalingga, Jawa Tengah, itu sukses membawa lada ke pasar global.
Berawal pada 2016, Yogi bersama kelompok taninya di Purbalingga memulai perjalanan mereka sebagai produsen benih lada. Dengan benih berkualitas yang telah diakui Kementerian Pertanian (Kementan), kelompok tani ini menjadi sumber utama benih lada untuk beberapa wilayah di Jawa Tengah dan beberapa provinsi lainnya.
Kala itu, Yogi mengaku melakukan aktivitas pertanian secara sederhana, tetapi sudah memiliki dampak besar. Distribusinya meluas hingga ke Kecamatan Jobong, Pengadegan, dan Putasari di Purbalingga.
"Awalnya, kami hanya fokus pada produksi benih. Namun, kami menyadari bahwa potensi lada tidak hanya berhenti di situ," cerita Yogi, Jumat, 6 Desember 2024.
Pada tahun yang sama, melihat potensi lada, Yogi memutuskan memperluas usahanya ke perdagangan lada putih. Dengan segala keterbatasan, ia mulai mengumpulkan lada dari petani lokal, mengemasnya secara sederhana, dan memasarkannya ke pembeli, termasuk ke pasar Jakarta.
Saat itu, jumlahnya masih kecil, sekitar 15-20 ton per musim. Namun, ini menjadi langkah awal bagi Yogi untuk melihat potensi besar lada di pasar lokal dan nasional.
Pada 2021, Yogi bergabung dengan Upland Project Kementan, sebuah program yang memberikan pembinaan dan dukungan mulai dari hulu hingga hilir kepada petani. Kehadiran program ini disebut membawa perubahan signifikan di berbagai aspek.
Melalui program Upland, Yogi bersama kelompok tani mendapatkan pelatihan praktik budidaya yang baik hingga pendampingan dalam pengelolaan pascapanen. Kelompok tani Yogi berani mengambil langkah besar dengan memastikan produk lada dapat dijual ke luar negeri.
"Petani yang awalnya hanya melakukan budidaya tradisional mulai memahami pentingnya SOP. Ini meningkatkan hasil panen dan kualitas produk secara signifikan," ungkap Yogi.
Selain merubah cara padang para
petani dalam produk yang berkualitas, melalui program Upland, petani juga mendapatkan akses ke alat-alat modern. Seperti mesin perontok, seed cleaner, dan alat pengering, yang membantu mereka menghasilkan produk dengan standar kualitas yang lebih tinggi.
Tidak berhenti, Yogi dan kelompok taninya mulai melakukan diversifikasi produk. Dari sekadar menjual lada putih mentah, kini memproduksi lada bubuk dalam berbagai kemasan, seperti saset, botol plastik. Namun, perjalanan itu bukan tanpa tantangan.
"Kami sempat terkendala hak merek dagang dan harus mendesain ulang kemasan produk kami. Tapi, kami tetap berkomitmen menjaga kualitas karena produk berkualitas pasti akan diterima pasar," cerita Yogi.
Salah satu pencapaian terbesar Yogi bersama
kelompok tani binaan Upland adalah membawa produk lada ke pasar internasional. Berkat dukungan Upland, produk kelompok taninya diperkenalkan dalam berbagai pameran nasional dan internasional, seperti di Belanda dan Turki.
"Upland memfasilitasi kami dengan promosi dan membawa produk kami ke acara-acara besar. Tanpa dukungan ini, mustahil bagi kami, petani desa, untuk bisa dikenal di luar negeri," ujar Yogi.
Yogi tetap menjadikan kualitas sebagai prioritas utama. Dia yakin dengan menjaga kualitas terbaik pasar tidak akan berpindah ke produk lain.
"Produk yang berkualitas pasti akan diterima pasar. Sekali kami bermain-main dengan kualitas, pelanggan akan meninggalkan kami," tegasnya.
Dengan bahan baku yang melimpah dan tekad yang kuat, Yogi yakin produk lada dari Purbalingga tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik, tetapi memiliki tempat di pasar global.