Pelemahan Dolar AS Melambungkan Harga Emas

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Pelemahan Dolar AS Melambungkan Harga Emas

Ade Hapsari Lestarini • 30 November 2023 10:47

Jakarta: Harga emas dunia terus menguat berdasarkan secara teknikal yang mengindikasikan pola continuation bullish. Dalam pergerakan trennya, harga emas diproyeksikan bertahan dalam kisaran permintaan di level USD2.038,38-USD2.042,79 per onz.

"Meskipun ada koreksi dalam keadaan saat ini, harga emas cenderung terus naik. Faktor utama yang mendukung tren ini adalah pelemahan dolar yang mendekati posisi terendah dalam empat bulan, memperkuat logam mulia dan menurunkan Treasury yields AS," ujar Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, dalam analisisnya, Kamis, 30 November 2023.

Fischer juga mencatat kehati-hatian investor menjelang rilis data ekonomi utama dari AS dan Tiongkok minggu ini meningkatkan permintaan terhadap safe haven seperti emas. Perlambatan ekonomi global, terutama dari data lemah yang berasal dari Jepang dan zona euro, menjadi alasan tambahan bagi optimisme terhadap emas sebagai safe haven.

Secara fundamental, harga emas telah menunjukkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya. Pada Rabu, 29 November 2023, emas spot naik 0,1 persen mencapai USD2.044,08 per onz.

Sementara harga emas berjangka yang akan berakhir Desember mengalami kenaikan 0,2  persen menjadi USD2.044,20 per onz pada pukul 11.37 WIB. Saat ini, harga emas spot berjarak sekitar USD30 dari rekor tertinggi yang dicapai pada awal tahun.


Baca juga: Kilau Harga Emas Dunia Semakin Bersinar
 

Faktor kenaikan harga emas


Faktor fundamental yang memengaruhi kenaikan harga emas termasuk kebijakan dovish dari Federal Reserve. Sejumlah sinyal dovish dari pejabat Fed telah meningkatkan spekulasi tentang kemungkinan perubahan kebijakan bank sentral.

Lemahnya dolar, rendahnya Treasury yields AS, dan ekspektasi pivot Fed membuat investor memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Dalam konteks ini, penurunan suku bunga yang diproyeksikan oleh sejumlah pejabat Fed, termasuk Gubernur Christopher Waller, memengaruhi pergerakan harga emas. Waller menyatakan penurunan tekanan inflasi dapat mendorong bank untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih awal dari yang diantisipasi sebelumnya," ujar Andrew.

Andrew juga mencatat pergeseran sikap hawkish Fed telah menjadi pendorong utama kenaikan harga emas hingga November, dengan menguat lebih dari tiga persen selama bulan tersebut.

"Setiap kemungkinan penurunan suku bunga yang lebih tinggi dari Fed diperkirakan akan menguntungkan pasar emas, mengingat suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan daya tarik investasi pada logam mulia," jelas dia.

Selain emas, trader juga memperhatikan harga tembaga yang tetap stabil setelah adanya gangguan pasokan di Peru dan Panama. Meskipun ada ketidakpastian terkait dengan rencana pemogokan di tambang tembaga di kedua negara tersebut, pelemahan dolar juga menopang harga tembaga.

"Gangguan produksi ini memberi indikasi pasar tembaga akan menjadi lebih ketat dalam beberapa bulan mendatang, yang dapat mendukung harga emas," kata dia.

Dia menambahkan kekhawatiran tetap ada sebelum rilis data kunci purchasing managers index dari Tiongkok, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur.

"Dengan berbagai faktor fundamental dan teknikal yang mendukung kenaikan harga emas, pasar terus mengamati kebijakan moneter Fed serta perkembangan ekonomi global untuk mengantisipasi pergerakan lebih lanjut dalam pasar logam mulia," jelas Andrew.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)