Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Beijing: Lembaga pemeringkat Fitch mengatakan telah menurunkan prospek kredit negara Tiongkok menjadi negatif dengan alasan peningkatan risiko terhadap keuangan publik.
Fitch mengatakan revisi prospeknya mencerminkan peningkatan risiko terhadap prospek keuangan publik Tiongkok karena negara tersebut berhadapan dengan prospek ekonomi yang lebih tidak menentu.
"Defisit fiskal yang besar dan meningkatnya utang pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah mengikis penyangga fiskal dari perspektif pemeringkatan,” ujar lembaga tersebut memperingatkan, dilansir
Channel News Asia, Kamis, 11 April 2024.
Fitch menuturkan kebijakan fiskal kemungkinan besar akan memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan di tahun-tahun mendatang yang dapat menjaga tren kenaikan utang yang stabil. Fitch menambahkan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah memperburuk tantangan dalam mengelola leverage perekonomian yang tinggi.
Fitch juga mengafirmasi peringkat kredit Tiongkok di "A+" yang mencerminkan perekonomian negara yang besar dan terdiversifikasi, prospek pertumbuhan PDB yang masih solid dibandingkan negara-negara lain, peran integral dalam perdagangan barang global, keuangan eksternal yang kuat, dan status mata uang cadangan yuan.
"Namun Kekuatan-kekuatan ini seimbang dengan leverage (utang) perekonomian yang tinggi, meningkatnya tantangan fiskal dan pendapatan per kapita serta skor tata kelola di bawah negara-negara lain yang berada dalam kategori A," tegas dia.
Kerja keras pejabat Tiongkok
Para pejabat Tiongkok telah berjuang selama berbulan-bulan untuk memulai pertumbuhan ekonomi ketika mereka menghadapi berbagai hambatan, khususnya krisis sektor properti yang berkepanjangan.
Para pengambil kebijakan telah mengumumkan serangkaian langkah-langkah yang ditargetkan serta penerbitan obligasi negara senilai miliaran dolar yang bertujuan untuk meningkatkan belanja infrastruktur dan memacu konsumsi, namun para analis mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan.
Bulan lalu, Beijing menetapkan target pertumbuhan sebesar lima persen untuk negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia pada 2024 sebagai sebuah tujuan ambisius yang diakui oleh para pemimpin negara tersebut sebagai tantangan untuk dipenuhi.
Kementerian Keuangan Beijing berpendapat sistem indikator metodologi pemeringkatan kredit negara Fitch telah gagal mencerminkan upaya Beijing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara efektif dan proaktif.
Beijing telah berjanji meningkatkan lapangan kerja dan menstabilkan pasar properti. Menteri Perumahan Ni Hong mengatakan perusahaan real estat yang perlu bangkrut harus bangkrut, dan perusahaan yang memerlukan restrukturisasi harus direstrukturisasi.