Aksi unjuk rasa mendukung warga Palestina di Gaza berlangsung di sejumlah kampus AS sepanjang 2024. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 March 2025 07:56
New York: Petugas Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) telah menangkap seorang mahasiswa pascasarjana keturunan Palestina yang memainkan peran penting dalam protes pro-Palestina tahun lalu di Universitas Columbia, New York, kata serikat pekerja mahasiswa pada hari Minggu kemarin.
Mahasiswa tersebut, Mahmoud Khalil dari Sekolah Hubungan Internasional dan Publik Universitas Columbia, ditangkap di asrama universitasnya pada hari Sabtu, kata serikat Pekerja Mahasiswa Columbia dan dikutip Al Jazeera, Senin, 10 Maret 2025.
Istri Khalil adalah warga negara AS dan dia memiliki kartu hijau tempat tinggal tetap, kata serikat tersebut. Khalil tetap ditahan pada hari Minggu. Istri Khalil menolak berkomentar melalui salah satu teman kuliah Khalil.
Pengacara Khalil, Amy Greer, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa dia berbicara melalui telepon dengan salah satu petugas ICE selama penangkapan, yang mengatakan mereka bertindak atas perintah Departemen Luar Negeri untuk mencabut visa pelajar Khalil.
Diberitahu oleh pengacara bahwa Khalil berada di AS sebagai penduduk tetap dengan kartu hijau, agen tersebut mengatakan bahwa mereka juga akan mencabutnya.
Greer mengatakan pihak berwenang menolak memberi tahu istri Khalil, yang sedang hamil delapan bulan, apakah dia dituduh melakukan kejahatan. Khalil sejak itu telah dipindahkan ke fasilitas penahanan imigrasi di Elizabeth, New Jersey.
"Kami belum bisa mendapatkan rincian lebih lanjut tentang mengapa dia ditahan," kata Greer kepada AP. "Ini adalah eskalasi yang jelas. Pemerintah menindaklanjuti ancamannya."
Penangkapan tersebut tampaknya merupakan salah satu tindakan pertama yang diketahui berdasarkan janji Presiden Donald Trump untuk mendeportasi mahasiswa internasional yang bergabung dalam protes terhadap perang Israel di Gaza yang melanda kampus-kampus tahun lalu. Pemerintahannya mengklaim para peserta kehilangan hak mereka untuk tetap tinggal di negara itu dengan mendukung Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi 'teroris' oleh AS.
Tindakan tersebut telah digambarkan sebagai serangan terhadap kebebasan Amandemen Pertama.
Khalil, warga negara Aljazair keturunan Palestina, telah menjadi salah satu negosiator utama administrator sekolah untuk para mahasiswa pengunjuk rasa pro-Palestina, beberapa di antaranya mendirikan tenda perkemahan di halaman Columbia tahun lalu.
Para pengunjuk rasa sempat menguasai gedung akademik selama beberapa jam pada bulan April, sebelum kemudian polisi memasuki kampus untuk menangkap mereka. Khalil tidak termasuk dalam kelompok yang menduduki gedung tersebut, tetapi menjadi mediator antara rektor Columbia dan para pengunjuk rasa.
Baca juga: Diduga Terkait Gaza, Trump Ancam Pangkas Dana Kampus yang Perbolehkan Demo Ilegal