Ayatollah Ali Khamenei: Iran Tak Akan Tunduk pada Perilaku Bullying AS

Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. (Anadolu Agency)

Ayatollah Ali Khamenei: Iran Tak Akan Tunduk pada Perilaku Bullying AS

Willy Haryono • 9 March 2025 13:47

Teheran: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada hari Sabtu kemarin bahwa Iran tidak akan bisa dirundung (bully) dan dipaksa berunding. Pernyataan disampaikan sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya telah mengirim surat kepada otoritas tertinggi Iran yang mendesak Teheran untuk merundingkan kesepakatan nuklir.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, Trump mengatakan, "Ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan" untuk mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir.

Dalam pertemuan dengan pejabat senior Iran, Khamenei mengatakan tujuan Washington adalah untuk "memaksakan harapan mereka sendiri.”

"Desakan beberapa pemerintah yang suka mengintimidasi dalam berunding bukanlah untuk menyelesaikan masalah,” ujar Khamenei.

“Bagi mereka, perundingan adalah jalan untuk mengajukan tuntutan baru. Ini bukan hanya tentang masalah nuklir Iran. Iran pasti tak akan menerima harapan mereka," sambungnya, tanpa secara langsung menyebut Trump.

Menanggapi komentar Khamenei, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Brian Hughes menegaskan kembali hampir kata demi kata pilihan negosiasi atau tindakan militer yang Trump katakan telah ia sampaikan kepada Iran.

"Kami berharap Rezim Iran mengutamakan rakyatnya dan kepentingan terbaiknya di atas teror," kata Hughes dalam sebuah pernyataan.

Sambil menyatakan keterbukaan terhadap kesepakatan dengan Teheran, Trump telah menerapkan kembali kampanye "tekanan maksimum" yang diterapkan selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden untuk mengisolasi Iran dari ekonomi global dan mendorong ekspor minyaknya ke titik nol.

Program Nuklir Iran

Selama masa jabatannya 2017-2021, Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan penting antara Iran dan negara-negara besar yang telah menetapkan batasan ketat pada aktivitas nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi.

Setelah Trump menarik diri pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi, Iran melanggar dan jauh melampaui batasan produksi uranium.

Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan bahwa waktu hampir habis bagi diplomasi untuk memberlakukan pembatasan baru pada aktivitas Iran, karena Teheran terus mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata.

Teheran mengatakan bahwa aktivitas nuklirnya semata-mata hanya untuk tujuan damai.

Khamenei, yang memegang keputusan terakhir tentang kebijakan utama Iran, mengatakan "tidak ada cara lain untuk melawan paksaan dan bullying.”

"Mereka mengajukan tuntutan baru yang tentu saja tidak akan diterima oleh Iran, seperti kemampuan pertahanan, jangkauan rudal, dan pengaruh internasional kami," pungkasnya.

Baca juga:  Iran Siap Berunding dengan AS, Tetapi Tidak di Bawah ‘Tekanan Maksimum’

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)