Iran Siap Berunding dengan AS, Tetapi Tidak di Bawah ‘Tekanan Maksimum’

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragchi. (Anadolu Agency)

Iran Siap Berunding dengan AS, Tetapi Tidak di Bawah ‘Tekanan Maksimum’

Willy Haryono • 9 February 2025 10:30

Teheran: Pemerintah Iran siap merundingkan perjanjian nuklir baru dengan Amerika Serikat (AS), tetapi tidak di bawah strategi "tekanan maksimum" Presiden Donald Trump, tegas Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi pada Sabtu, 8 Februari 2025.

"Pencabutan sanksi membutuhkan negosiasi, tetapi tidak dalam kerangka kebijakan 'tekanan maksimum,’ karena itu bukan negosiasi, tetapi bentuk penyerahan diri," ucapnya, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Telegram.

Pernyataan Araghchi muncul setelah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendesak pemerintahan pusat di Teheran pada Jumat lalu untuk tidak berunding dengan Washington, menyebut pendekatan seperti itu "ceroboh."

Khamenei, yang memiliki keputusan akhir atas semua keputusan strategis di Iran, merujuk pada pengalaman Iran sebelumnya dalam bernegosiasi dengan AS untuk membenarkan posisinya, dengan mengatakan bahwa negosiasi dengan Negeri Paman Sam merupakan langkah "tidak cerdas, bijaksana, atau terhormat."

Pada 2015, Iran membuat kesepakatan penting dengan Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Inggris, Tiongkok, dan Rusia untuk mengatur program nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.

Namun, pada tahun 2018, selama masa jabatan pertamanya, Trump secara sepihak menarik Amerika Serikat dari perjanjian tersebut dan memberlakukan kembali sanksi berat terhadap Teheran, meski ada penentangan dari Eropa, yang melumpuhkan ekonomi negara tersebut.

Trump pada hari Rabu kemarin menyerukan "perjanjian perdamaian nuklir yang terverifikasi" dengan Iran, seraya menambahkan bahwa Iran "tidak dapat memiliki senjata nuklir."

Iran bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai dan menyangkal adanya niat mengembangkan senjata atom. Namun, pengawas nuklir PBB telah mengatakan bahwa Iran saat ini memperkaya uranium ke tingkat yang tidak memiliki kegunaan sipil, dan para pemimpin Iran selama bertahun-tahun telah mengeluarkan ancaman untuk meratakan seluruh kota Israel.

Presiden AS memberlakukan kembali kebijakan "tekanan maksimum" pada hari Selasa, dan tiga hari setelahnya Washington mengumumkan sanksi keuangan terhadap entitas dan individu yang dituduh mengirimkan minyak mentah Iran senilai ratusan juta dolar ke Tiongkok.

Aragchi mengatakan pada hari Sabtu bahwa “Iran tidak ingin berunding dengan negara yang secara bersamaan menerapkan sanksi baru.”

Baca juga:  Iran Ancam ‘Perang Habis-habisan' Jika Israel dan AS Serang Situs Nuklir

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)