Nilai Tukar Petani April 2025 Turun 2,15%

Ilustrasi. Foto: dok MI/Amiruddin.

Nilai Tukar Petani April 2025 Turun 2,15%

Insi Nantika Jelita • 2 May 2025 14:07

Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) secara nasional pada April 2025. Penurunan itu disebut dipengaruhi oleh melemahnya harga komoditas utama dan naiknya biaya yang ditanggung petani.
 
"NTP April 2025 tercatat 121,06, turun 2,15 persen dibanding Maret 2025. Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 1,35 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani justru naik sebesar 0,82 persen," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat, 2 Mei 2025.
 
Pudji menuturkan, sejumlah komoditas menjadi faktor utama penurunan indeks yang diterima petani. Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani nasional adalah kelapa sawit, gabah, karet, dan cabai rawit.
 
Penurunan terdalam terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, di mana NTP turun 4,07 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani anjlok 3,13 persen, sementara indeks yang dibayarkan petani meningkat 0,98 persen. Adapun komoditas yang memengaruhi penurunan itu antara lain kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.
 

Baca juga: Model Pengembangan Petani di Subang Dinilai Siap Direplikasi ke Negara Lain


(Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Pudji Ismartini. Foto: Tangkapan layar)
 

Nilai Tukar Nelayan juga turun

 
Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga tercatat mengalami penurunan sebesar 0,13 persen. Itu karena indeks yang diterima nelayan naik 0,32 persen, tetapi lebih kecil dari kenaikan indeks yang dibayarkan nelayan yang mencapai 0,45 persen. Komoditas yang menahan laju indeks yang diterima nelayan antara lain teri, kakap, tenggiri, dan bawal.
 
Selain NTP dan NTN, BPS juga mencatat penurunan NTUP pada April 2025. NTUP tercatat sebesar 125,22, turun 1,50 persen dibandingkan Maret 2025. "Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima petani turun 1,35 persen, sedangkan biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,16 persen," tutur Pudji.
 
"Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks yang diterima petani masih sama, yaitu kelapa sawit, gabah, karet, dan cabai rawit. Sementara penyumbang kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal adalah upah pemanenan sapi, bibit bawang merah, dan bibit sapi," tambah Pudji.
 
Untuk subsektor NTUP, penurunan terdalam terjadi pada tanaman perkebunan rakyat yang turun 3,28 persen, sedangkan peningkatan tertinggi pada subsektor hortikultura, yang naik 3,08 persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)