Tepi Barat kini masih terdesak dengan perluasan pemukiman ilegal Yahudi oleh Israel. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 29 May 2025 17:50
Tepi Barat: Israel mengatakan bahwa mereka akan membangun 22 pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki. Ini termasuk legalisasi pos-pos terdepan yang telah dibangun tanpa izin pemerintah.
Sementara itu, serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan 12 orang dalam semalam, kata pejabat kesehatan.
Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Gaza dan Yerusalem timur, dalam perang Timur Tengah 1967 dan Palestina menginginkan ketiga wilayah tersebut untuk negara masa depan mereka. Sebagian besar masyarakat internasional memandang pemukiman sebagai ilegal dan merupakan hambatan untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.
Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan, keputusan pemukiman tersebut “memperkuat cengkeraman kami di Yudea dan Samaria,” menggunakan istilah alkitabiah untuk Tepi Barat, “meneguhkan hak historis kami di Tanah Israel, dan merupakan tanggapan yang menghancurkan terhadap terorisme Palestina.”
“Ini merupakan langkah strategis yang mencegah pembentukan negara Palestina yang akan membahayakan Israel,” celoteh Katz, seperti dikutip Anadolu, Kamis 29 Mei 2025.
Israel telah membangun lebih dari 100 permukiman di seluruh wilayah yang menjadi rumah bagi sekitar 500.000 pemukim. Permukiman tersebut berkisar dari pos terdepan di puncak bukit kecil hingga komunitas yang sudah berkembang sepenuhnya dengan blok apartemen, pusat perbelanjaan, pabrik, dan taman umum.
Tepi Barat adalah rumah bagi tiga juta warga Palestina, yang hidup di bawah kekuasaan militer Israel dengan Otoritas Palestina yang didukung Barat yang mengelola pusat-pusat populasi. Para pemukim memiliki kewarganegaraan Israel.
Israel telah mempercepat pembangunan permukiman dalam beberapa tahun terakhir -,jauh sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 memicu perang di Gaza,- membatasi warga Palestina di wilayah yang semakin kecil di Tepi Barat dan membuat prospek mendirikan negara merdeka yang layak menjadi semakin jauh.
Selama masa jabatan pertamanya, pemerintahan Presiden Donald Trump memutuskan hubungan dengan kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade dengan mendukung klaim Israel atas wilayah yang direbut secara paksa dan mengambil langkah-langkah untuk melegitimasi permukiman tersebut.
Mantan Presiden Joe Biden, seperti kebanyakan pendahulunya, menentang permukiman tersebut tetapi hanya memberikan sedikit tekanan kepada Israel untuk mengekang pertumbuhannya. Mahkamah Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan tahun lalu bahwa kehadiran Israel di wilayah Palestina yang diduduki adalah melanggar hukum dan menyerukan agar Israel segera mengakhiri dan menghentikan pembangunan permukiman.
Israel mengecam pendapat yang tidak mengikat dari panel 15 hakim Mahkamah Internasional, dengan mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah bagian dari tanah air bersejarah orang-orang Yahudi.
Seruan untuk permukiman di Gaza yang dilanda perang Israel menarik permukimannya dari Jalur Gaza pada tahun 2005, tetapi tokoh-tokoh terkemuka dalam pemerintahan saat ini telah menyerukan agar permukiman tersebut dibangun kembali dan sebagian besar penduduk Palestina di wilayah tersebut dipindahkan ke tempat lain melalui apa yang mereka gambarkan sebagai emigrasi sukarela.
Warga Palestina memandang rencana tersebut sebagai cetak biru untuk pengusiran paksa mereka dari tanah air mereka, dan para ahli mengatakan rencana tersebut kemungkinan akan melanggar hukum internasional.
Israel sekarang menguasai lebih dari 70% wilayah Gaza, menurut Yaakov Garb, seorang profesor studi lingkungan di Universitas Ben Gurion, yang telah meneliti pola penggunaan lahan Israel-Palestina selama beberapa dekade.
Wilayah tersebut meliputi zona penyangga di sepanjang perbatasan dengan Israel serta kota selatan Rafah, yang sekarang sebagian besar tidak berpenghuni, dan wilayah besar lainnya yang diperintahkan Israel untuk dievakuasi.
Hamas sampai saat ini masih menyandera 58 orang, sekitar sepertiganya hidup-hidup, setelah sebagian besar sisanya dibebaskan dalam perjanjian gencatan senjata. Pasukan Israel telah menyelamatkan delapan orang dan menemukan puluhan mayat.
Serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak menyebutkan berapa banyak korban tewas yang merupakan warga sipil atau kombatan.
Sementara dalam waktu semalam, serangan Israel menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina semalam di Gaza. Empat orang tewas dalam serangan terhadap sebuah mobil di Kota Gaza pada Rabu malam dan delapan orang lainnya, termasuk dua wanita dan tiga anak-anak, tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di Jabaliya.
Serangan terhadap kamp pengungsi yang dibangun di Gaza tengah menewaskan satu orang dan melukai 18 orang.
Tidak ada komentar langsung dari militer Israel, yang mengatakan bahwa mereka hanya menargetkan militan dan menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil karena militan tersebut bersembunyi di daerah berpenduduk.