Masjid Hajja Hamida di Tepi Barat dirusak oleh pemukim Yahudi. Foto: Anadolu
Deir Istiya: Sebuah masjid di desa Palestina Deir Istiya, Tepi Barat, menjadi target serangan pembakaran oleh pemukim Israel pada Kamis, 13 November 2025 dini hari.
Masjid Hajja Hamida mengalami kerusakan parah dengan tembok yang dicorati slogan rasis dan salinan Al-Quran yang dibakar dalam insiden yang memicu kecaman luas dari komunitas internasional.
Kementerian Urusan Wakaf dan Agama Palestina mengecam keras "kejahatan keji" ini sebagai cerminan "kebrutalan" Israel terhadap situs suci Muslim dan Kristen.
Serangan ini terjadi bersamaan dengan tewasnya dua anak Palestina dalam penggerebekan pasukan Israel di Beit Ummar, Hebron, memperburuk eskalasi kekerasan di Tepi Barat yang telah mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun 2025.
Eskalasi kekerasan dan konteks politik
Badan Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA) mencatat setidaknya 167 serangan pemukim terkait panen zaitun sejak 1 Oktober, mengakibatkan 150 warga Palestina terluka dan lebih dari 5.700 pohon rusak.
PBB sebelumnya telah memperingatkan bahwa kekerasan pemukim dilakukan "dengan persetujuan, dukungan, dan dalam beberapa kasus partisipasi, dari pasukan keamanan Israel", sebagai bagian dari strategi sistematis untuk mengkonsolidasi aneksasi Tepi Barat.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan terhadap tempat ibadah.
“Serangan semacam ini terhadap tempat ibadah sangat tidak dapat diterima,” tegas Dujarric dalam pernyataanya, dikutip dari
Al-Jazeera, Jumat, 14 November 2025.
Ia menekankan tanggung jawab Israel sebagai kekuatan pendudukan untuk melindungi warga sipil dan mengadili pelaku. Kementerian Luar Negeri Yordania menggambarkan kekerasan ini sebagai "perpanjangan dari kebijakan ekstremis pemerintah Israel dan retorika provokatif".
Respons diplomatik
Beberapa negara termasuk Jerman dan Swiss bergabung dalam mengutuk serangan ini. Jerman menyerukan penyelidikan menyeluruh dan pertanggungjawaban pelaku, sementara Swiss menegaskan bahwa "kekerasan ini dan perluasan pemukiman ilegal yang terus berlanjut harus dihentikan".
Palestina mendesak tindakan konkret melampaui pernyataan kecaman, termasuk penghentian transfer senjata ke militer Israel. Desakan ini semakin mendesak menyusul laporan OCHA tentang insiden pekan lalu dimana pemukim Israel membakar rumah keluarga Palestina di Khirbet Abu Falah saat penghuninya masih berada di dalam, mengakibatkan ibu keluarga mengalami patah kaki saat melarikan diri.
Dengan meningkatnya kekerasan yang terkoordinasi dan dukungan pasukan keamanan Israel terhadap aksi pemukim, komunitas internasional menghadapi tekanan untuk mengambil langkah tegas guna menghentikan spiral kekerasan yang mengancam stabilitas regional dan melanggar hukum humaniter internasional.
(Muhammad Adyatma Damardjati)