Cuaca Tak Lagi Ramah: Perubahan Iklim Bukan Ancaman, Tapi Realita

Ilustrasi Anadolu

Cuaca Tak Lagi Ramah: Perubahan Iklim Bukan Ancaman, Tapi Realita

Willy Haryono • 17 November 2025 14:16

Jakarta: Dalam beberapa tahun terakhir, banyak di antara kita merasakan sesuatu yang tidak lagi sama. Jam 07.00 hingga 08.00 pagi, yang dulu masih relatif hangat, kini terasa seperti matahari sudah berada di puncaknya. Panas menyengat lebih cepat dari yang kita ingat.

Lalu, tiba-tiba dalam hitungan menit, langit yang cerah bisa berubah menjadi kelabu dan hujan deras mengguyur. Hal sebaliknya juga semakin sering terjadi, di mana hujan deras tiba-tiba berhenti, dan berganti dengan sorotan sinar matahari.

Cuaca tak lagi bisa diprediksi seperti dulu. Musim pun menjadi semakin membingungkan: bulan-bulan seperti Oktober, November, Desember, yang secara tradisional adalah musim hujan, justru lebih banyak didera panas daripada hujan deras.

Fenomena ini bukan sekadar fluktuasi cuaca biasa atau siklus musiman yang berubah secara alami. Ini merupakan bukti nyata bahwa perubahan iklim bukan lagi menjadi ancaman di masa depan, tapi sedang terjadi saat ini, detik ini juga, di sekitar kita.

Realita Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim sudah sangat nyata di Indonesia. Cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi membuka pintu bagi bencana: banjir, kebakaran hutan, longsor — semua menjadi lebih mungkin dan dalam intensitas yang makin tinggi.

Contohnya, bencana di Cilacap dan Banjarnegara belakangan ini, yang menjadi alarm keras bahwa ketahanan iklim di Indonesia, dan banyak negara lain, relatif rapuh.

Sementara itu, dunia sedang menyaksikan momen bersejarah di COP30 di Belém, Brasil. Para pemimpin dunia berkumpul untuk memperkuat aksi iklim global, dan Indonesia hadir bukan hanya sebagai pengamat, tetapi sebagai aktor penting.

Apa saja yang sudah dilakukan Indonesia sejauh ini — dan apa yang diperbarui di COP30? Berikut beberapa poin penting:
 
  • Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, menjelang COP30, Indonesia memperbarui Second Nationally Determined Contribution (SNDC) pada akhir Oktober 2025, dengan target puncak emisi 2030 yang lebih rendah dari skenario sebelumnya. 
  • Pemerintah RI menekankan transisi energi yang inklusif: mengurangi ketergantungan pada batu bara, memperluas energi terbarukan dan biofuel, serta mendorong biodiesel dan bioetanol. 
  • Indonesia memperkuat pasar karbon dengan memperkenalkan potensi karbon “berintegritas tinggi” (high integrity carbon) lewat Paviliun Indonesia di COP30. 
  • Program Forestry and Other Land Use (FOLU) dijalankan untuk menyerap karbon dalam jumlah besar — proyeksi net absorption antara 92 hingga 118 juta ton CO? ekuivalen pada 2030. 
  • Indonesia turut memperkuat narasi nasional menjelang COP30, dengan kolaborasi lintas lembaga, media, dan masyarakat sipil, agar suara kita di forum global tidak sekadar simbolis tetapi ambisius. 
  • Di COP30, Indonesia menegaskan posisi kepemimpinan iklim dengan pendekatan berbasis sains, integritas, dan kolaborasi global.

Semua Harus Bertindak

Perubahan iklim bukan soal satu negara atau beberapa negara tertentu saja. Seperti yang diingatkan mantan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, “krisis iklim tidak peduli di mana Anda tinggal…Jika kita mati (akibat perubahan iklim), maka kita semua mati bersama.” Pesan ini relevan sekali bagi kita di Indonesia.

Sudah saatnya bagi masyarakat untuk lebih melek tentang isu iklim, dan bersama-sama menekan pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk mengambil langkah konkret, dan mendukung kebijakan hijau yang jangka panjang. Perlu dipahami bahwa adaptasi dan mitigasi iklim tidak bisa sekadar ditangani para elite. Peran masyarakat sipil, komunitas lokal, dan media juga sangat krusial.

Semua orang, mulai dari Generasi Z, Milenial hingga generasi-generasi di atasnya, perlu ikut memperkuat kesadaran perubahan iklim. Tanda-tandanya sudah di depan mata: cuaca ekstrem, musim yang tak menentu, bencana yang makin sering.

Sudah waktunya kita bertindak, sebelum semuanya benar-benar terlambat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)