Jejak Seabad Ponpes Al Khoziny: Melahirkan Ulama Besar dan Kini Diuji Musibah

Bupati Sidoarjo, Subandi, meninjau musala Ponpes Al Khoziny ambruk. (Humas Kominfo Sidoarjo)

Jejak Seabad Ponpes Al Khoziny: Melahirkan Ulama Besar dan Kini Diuji Musibah

Amaluddin • 30 September 2025 13:19

Sidoarjo: Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bangunan empat lantai yang salah satunya difungsikan sebagai musala ambruk saat santri khusyuk melaksanakan salat Asar berjemaah pada Senin, 29 September 2025.

Tragedi ini bukan sekadar musibah lokal, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) serta komunitas pesantren di seluruh Nusantara. Pasalnya Ponpes Al Khoziny bukan pesantren biasa, melainkan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Jawa Timur yang telah berkiprah hampir seabad dalam mencetak kader bangsa dan ulama.
 

Baca: Legislator NasDem Dorong Audit Kelayakan Bangunan Musala Ponpes yang Ambruk
 
Mengutip catatan NU Online Jatim, peneliti Moch Rofii Boenawi, menyebut pesantren ini berdiri sekitar tahun 1926–1927, meski ada juga riwayat yang menyebut sudah ada sejak 1920. Saat ini, kepemimpinan pesantren berada di tangan KHR Abdus Salam Mujib, putra dari KH Abdul Mujib Abbas.

Ponpes Al Khoziny didirikan oleh KHR Khozin Khouruddin atau Kiai Khozin Sepuh, menantu KH Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji, salah satu pesantren tertua di Jawa. Dari jalur keilmuan maupun kekerabatan, Al Khoziny memiliki hubungan erat dengan jaringan ulama besar Nusantara, termasuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU.

Berawal dari Rumah Sederhana 

Sejarawan mencatat, cikal bakal pesantren ini bermula dari rumah sederhana yang dibangun Kiai Khozin untuk putranya, KHR Moh Abbas, usai menimba ilmu di Makkah. Rumah tersebut berkembang menjadi pusat pengajian, hingga kemudian melahirkan ribuan santri dari berbagai daerah. Dari sinilah Al Khoziny tumbuh menjadi pesantren besar.

Masyarakat sekitar juga mengenalnya sebagai 'Pondok Buduran', merujuk pada nama desa tempatnya berdiri. Penamaan ini mengikuti tradisi pesantren besar lain seperti Tebuireng dan Tambakberas di Jombang, atau Sarang di Rembang. 

Dalam perjalanan hampir seabad, Ponpes Al Khoziny telah banyak melahirkan ulama, kiai, dan tokoh agama yang berperan penting di masyarakat. Kini, musibah ambruknya bangunan musala menjadi cobaan berat bagi keluarga besar Al Khoziny. 

Namun di balik duka itu, peristiwa ini sekaligus menjadi pengingat akan panjangnya jejak pengabdian pesantren tersebut dalam menjaga tradisi keilmuan Islam, membangun peradaban pesantren di Jawa Timur, dan meneguhkan kontribusinya bagi bangsa dan negara.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)