Ilustrasi. Foto: MI/Usman Iskandar.
M Ilham Ramadhan Avisena • 16 April 2025 18:41
Jakarta: Direktur Riset dan Pemikiran Institut Peradaban Tarli Nugroho mengatakan, memanasnya perang dagang imbas kebijakan Amerika Serikat (AS) bukan sesuatu hal yang baru terjadi. Pada periode pertama pemerintahan Trump, perang dagang memang memberi keuntungan sesaat dengan meningkatnya ekspor Indonesia ke AS.
"Tapi di saat yang sama, impor dari Tiongkok melonjak karena negeri Tirai Bambu mencari pasar baru. Indonesia jadi targetnya," kata Tarli dalam Forum Diskusi Denpasar 12 secara daring, Rabu, 16 April 2025.
Karenanya guna menghindari hal serupa terjadi kembali di Tanah Air, Tarli mendorong agar Indonesia memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri. Itu salah satunya dapat dilakukan dengan memperkuat industri di Tanah Air.
"Kita terlalu lama membiarkan pasar domestik hanya jadi pasar konsumsi. E-commerce kita dipenuhi barang impor murah. Ini membuat konsumsi kita tidak menciptakan industri hulu," kata dia.
"Reindustrialisasi harus jadi agenda utama. Tapi itu tidak bisa hanya dengan niat, dibutuhkan investasi besar, dan lebih penting lagi, kelembagaan yang kuat," tambah Tarli menegaskan.
Baca juga: Wamendag: Indonesia Manfaatkan Jeda Tarif AS |