“Kaus Kuning” Kembali Turun ke Jalan Tuntut PM Thailand Mundur

Protes 'Kaus Kuning' menuntut PM Thailand Paetongtarn Shinawatra. Foto: The Bangkok Post

“Kaus Kuning” Kembali Turun ke Jalan Tuntut PM Thailand Mundur

Fajar Nugraha • 20 June 2025 15:18

Bangkok: Ratusan pengunjuk rasa antipemerintah berkumpul di luar Gedung Pemerintah Thailand pada Kamis 19 Juni 2025, menuntut Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra mengundurkan diri. Mereka mengecam kebocoran panggilan telepon dengan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen yang memicu kemarahan publik.

Skandal tersebut mengguncang koalisi Paetongtarn setelah Partai Bhumjaithai, mitra utama, menarik diri pada hari Rabu, menuduhnya merusak negara dan menghina martabat militer.

Panggilan telepon yang bocor, di mana Paetongtarn menyebut komandan tentara timur laut Thailand sebagai lawannya dan memanggil Hun Sen sebagai "paman" telah menuai reaksi keras dari publik.
 

Baca: Heboh Obrolan ‘Paman’ Hun Sen, PM Thailand Terancam Kehilangan Jabatan.


Protes tersebut, yang diadakan di tengah terik panas tropis, menarik sebagian besar demonstran tua yang mengenakan kaus kuning -,warna yang sangat terkait dengan monarki Thailand,- yang menuduh pemimpin berusia 38 tahun itu "kurang memiliki keterampilan diplomatik" dan "membahayakan kepentingan nasional".

"Saya sangat kecewa saat mendengar rekaman audio (yang bocor) itu," kata Kanya Hanotee, 68, seorang pekerja kuil kepada AFP.

"Dia tidak punya keterampilan negosiasi. Memangnya dia siapa? Negara ini bukan miliknya,” ujar Hanotee.

Para pengunjuk rasa melambaikan bendera Thailand dan plakat yang menyebut Paetongtarn sebagai "pengkhianat", dan meneriakkan "Keluar!" dan "Pergi ke neraka!" sementara puluhan polisi antihuru-hara berdiri di dekatnya.

Banyak di antara kerumunan itu adalah pendukung lama gerakan "Baju Kuning" yang konservatif dan pro-kerajaan, yang telah menentang keras dinasti politik Shinawatra sejak tahun 2000-an.

Kaewta, 62, seorang ibu rumah tangga dari Bangkok mengatakan dia bergabung dengan protes Baju Kuning di dekat Monumen Demokrasi Bangkok dua dekade lalu.

"Saya tidak mendukung partai politik mana pun. Yang saya tahu hanyalah bahwa saya membenci Thaksin dan keluarganya. Semua politisi kita korup," katanya kepada AFP.

Pertempuran 20 tahun

Pertempuran antara kelompok konservatif pro-kerajaan dan gerakan politik Thaksin yang didukung oleh para pendukungnya sendiri, "Kaus Merah", telah mendominasi politik Thailand selama lebih dari 20 tahun.

Kaus Kuning, yang didukung oleh kaum Royalis dan elite bisnis, memimpin protes tahun 2008 yang menutup bandara-bandara Bangkok, membuat turis terlantar, dan membantu menggulingkan pemerintahan yang terkait dengan Thaksin.

Pada tahun 2010, para demonstran "Kaus Merah" pro-Thaksin berunjuk rasa di Bangkok untuk menentang pemerintahan yang didukung militer, yang berakhir dengan tindakan keras berdarah yang menewaskan lebih dari 90 orang.

"Kekuasaan telah diwariskan dari ayahnya kepada bibinya, dan sekarang kepadanya," kata Mek Sumet, 59 tahun, seorang penjual peralatan listrik yang ikut serta dalam pendudukan bandara Don Mueang tahun 2008.

"Dia tidak memikirkan negara tetapi hanya dirinya sendiri," kata Sumet kepada AFP.

Kerajaan itu telah mengalami belasan kudeta sejak berakhirnya monarki absolut pada tahun 1932, dan krisis saat ini tak pelak lagi telah memicu rumor bahwa kudeta lain mungkin akan segera terjadi.

Meskipun Thailand memiliki sejarah panjang kudeta, beberapa pengunjuk rasa secara terbuka menyambut baik gagasan intervensi militer lainnya.

"Saya ingin militer mengambil alih kendali. Kami berpikir untuk jangka panjang. Itu akan berdampak positif bagi negara,” pungkas Kanya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)