Editorial MI: Mimpi Piala Dunia Tetap Menyala

Ilustrasi piala dunia. Foto: MI.

Editorial MI: Mimpi Piala Dunia Tetap Menyala

Media Indonesia • 17 October 2025 06:59

PEMECATAN Patrick Kluivert dari kursi pelatih tim nasional Indonesia sudah sejak lama diprediksi bakal terjadi saat skuad ‘Garuda’ gagal melaju ke Piala Dunia 2026. Maka, keputusan tersebut bukan sesuatu yang mengagetkan. Pemecatan pelatih karena gagal memenuhi ekspektasi pencinta sepak bola adalah hal lumrah. Itu bentuk pertanggungjawaban.

Lolos atau tidaknya Indonesia ke babak berikutnya memang menjadi tolok ukur yang sangat kasatmata. Federasi, penonton, pengamat, dan media, semua punya ekspektasi. Karena itu, ketika hasilnya tidak sesuai, orang akan mencari sosok yang paling bertanggung jawab, dan itu jelas pelatih.

Namun, kegagalan ke panggung dunia yang diikuti pemecatan pelatih tersebut tak perlu membuat publik sepak bola kehilangan arah. Apalagi, sampai membunuh mimpi besar yang selama ini belum dicapai bangsa ini, yakni tampil di Piala Dunia.

Baca juga: 

PSSI Diharapkan Cari Pengganti Kluivert yang Lebih Mumpuni


Lolos ke Piala Dunia FIFA memang bukan jalan yang mudah. Mimpi itu mesti diikhtiarkan secara berliku, mendaki, kadang-kadang naik turun. Pendek kata, tidak ada yang instan untuk menjejakkan kaki di Piala Dunia. Perlu proses panjang dengan tingkat kesabaran dan konsistensi sangat tinggi.

Berlaga di Piala Dunia bukan sulap. Tidak cukup dengan mengumpulkan pemain naturalisasi dan diaspora sebanyak-banyaknya serta menunjuk pelatih tenar, lalu berharap keajaiban terjadi.

Sepak bola tak sesederhana itu. Butuh proses panjang dan konsisten. Butuh fondasi yang kuat, sistem yang tertata, dan visi yang dijalankan secara sabar, bukan tergesa-gesa. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mestinya sadar akan hal tersebut.

Ilustrasi Piala Duia. Foto: FIFA.

Kita perlu berkaca kepada Jepang. Mereka tidak membangun tim nasional yang kompetitif dalam satu malam. Investasi melalui pembinaan usia muda dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Jepang membangun liga domestik yang sehat, juga membiasakan pemainnya dengan kompetisi yang ketat dan profesional.

Mereka mendidik pelatih, membangun infrastruktur, dan yang paling penting, sabar tanpa bermental instan. Dalam prosesnya, tim ‘Samurai Biru’ juga berkali-kali kalah dan terjungkal. Akan tetapi, begitu jalan itu terbuka, tak ada yang bisa membendung.

Sejak pertama kali masuk putaran final Piala Dunia pada 1998, Jepang tak pernah absen masuk Piala Dunia, sampai dengan Piala Dunia 2026 nanti. ‘Negeri Matahari Terbit’ itu sangat paham akan pentingnya proses. Mereka sabar menyemai tunas-tunas muda secara berkesinambungan, lalu memanennya saat betul-betul sudah matang.
Baca juga: 

Pengganti Kluivert Diminta Dipertimbangkan Matang


Di titik ini, penting untuk kita ingatkan PSSI agar lebih memusatkan perhatian pada pembinaan pemain sejak dini. Jalan pintas memang kerap memberi hasil cepat, tapi setelah itu cepat hilang pula.

Maka, sepak bola Indonesia harus dibangun dari akar yang kuat. Para pemain dan calon pemain mesti dibina, diberi panggung, dan dikembangkan secara sistematis. Itu akan membentuk mental yang lebih kuat, alih-alih membiasakan generasi sepak bola kita tumbuh dalam pola pikir instan. Harus ada keyakinan bahwa dengan pembinaan yang tepat, anak-anak Indonesia bisa bersaing di level dunia.

Keinginan Presiden Prabowo agar lahir atlet-atlet hebat yang kompetitif di level dunia dari rahim pembinaan olahraga di negeri ini merupakan visi mulia yang mestinya jadi acuan bagi semua pemangku kepentingan. Antusiasme masyarakat, bakat-bakat muda, dan semangat nasionalisme yang kuat menjadi modal awal yang luar biasa untuk meraih mimpi menuju Piala Dunia.

Namun, semua itu tak akan cukup kalau tidak dibarengi dengan sistem yang mendukung dan kontinuitas dalam pembinaan. Bangsa ini harus mulai melihat sepak bola sebagai proyek jangka panjang, bukan hanya soal menang hari ini atau besok. Mimpi tampil di Piala Dunia bukan sekadar impian romantis. Tempuh jalan panjang dengan komitmen tangguh sungguh-sungguh, dan tidak terus-menerus terjebak dalam pola pikir instan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)