Presiden Prabowo Subianto di KTT BRICS tahun 2025 di Kota Rio de Janeiro, Brasil. (X/@prabowo)
Jakarta: Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Senin, 7 Juli 2025, Presiden RI Prabowo Subianto mengangkat pentingnya Bandung Spirit dalam forum global untuk mendukung hak-hak negara berkembang serta membela negara Palestina.
"Bapak Presiden menegaskan hubungan terhadap Palestina dan secara khusus untuk mengingatkan Bandung spirit agar bisa dibawa dalam forum, dilanjutkan dalam forum BRICS tersebut," ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengutip laman Sekretariat Kabinet, 7 Juli 2025.
Lantas apa itu Bandung Spirit, dan mengapa penting untuk membela negara-negara berkembang termasuk Palestina? Ini penjelasannya.
Sejarah dan Makna Bandung Spirit
Melansir tulisan laman portal Indonesia, Indonesia.go.id pada 16 April 2019, istilah
Bandung Spirit berakar dari Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 yang digelar di Bandung pada 18–24 April 1955. Forum ini dihadiri oleh 29 negara Asia dan Afrika, mayoritas merupakan negara-negara yang baru saja merdeka dari penjajahan.
KAA diakui sebagai konferensi interkontinental pertama di dunia dan menjadi perhelatan internasional penting yang difasilitasi oleh Indonesia. Lima negara pemrakarsa KAA adalah Indonesia, India, Pakistan, Myanmar, dan Sri Lanka.
Tujuan utama KAA adalah mempromosikan perdamaian dunia, memperkuat kerja sama antarnegara, serta memperjuangkan kebebasan dari kolonialisme dan imperialisme.
Dari pertemuan ini lahir Dasa Sila Bandung, pedoman moral dan politik bagi hubungan internasional negara-negara peserta yang menekankan ko-eksistensi damai, penghormatan hak asasi manusia, serta penolakan terhadap campur tangan asing.
KAA memicu lahirnya solidaritas negara-negara Dunia Ketiga dalam memperjuangkan hak-hak mereka secara kolektif, terutama di tengah polarisasi politik global pasca-Perang Dunia II.
Semangat ini kemudian dikenal sebagai
Bandung Spirit, yaitu ajakan untuk ko-eksistensi damai, solidaritas bagi bangsa-bangsa yang terjajah atau dilemahkan, dan perjuangan membebaskan diri dari tatanan dunia yang tidak adil.
Nilai-Nilai Bandung Spirit
Inti dari
Bandung Spirit adalah solidaritas, anti-kolonialisme, anti-imperialisme, perdamaian, keadilan sosial, dan kebebasan menentukan nasib sendiri. Istilah “
Bandung Spirit” sering menjadi rujukan gerakan sosial-politik di tingkat rakyat dan negara, berkonotasi progressif-revolusioner untuk melawan dominasi kekuatan besar demi kemerdekaan dan keadilan sosial.
Dalam konteks internasional, Dasa Sila Bandung menegaskan pentingnya ko-eksistensi damai, penghormatan hak asasi manusia, serta prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Secara konkret, KAA juga telah memantik perjuangan kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika, terbukti sepanjang 1955–1965 tercatat 30 negara Afrika berhasil meraih kemerdekaan.
Bandung Spirit juga melahirkan kekuatan Dunia Ketiga, yang pada 1961 diformalkan lewat Gerakan Non-Blok, dan selanjutnya kelompok Trikontinental Asia-Afrika-Amerika Latin di tahun 1966. Semua bertujuan memperjuangkan tatanan dunia baru yang lebih humanis, adil, dan damai.
Relevansi Bandung Spirit bagi Dunia Modern
Meski era “Bandung” secara historis berlangsung 1955–1975, nilai-nilai
Bandung Spirit tetap relevan hingga kini. Selama masih ada kesenjangan global, ketidakadilan, dan penjajahan,
Bandung Spirit tetap hidup sebagai inspirasi perjuangan negara-negara berkembang, termasuk dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
UNESCO bahkan menetapkan arsip KAA sebagai Memory of the World karena kontribusinya bagi tatanan dunia yang lebih adil dan damai.