Eropa Tingkatkan Tekanan pada Israel Terkait Serangan di Gaza

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas. (Anadolu Agency)

Eropa Tingkatkan Tekanan pada Israel Terkait Serangan di Gaza

Willy Haryono • 21 May 2025 16:56

Gaza: Negara-negara Eropa meningkatkan tekanan pada Israel untuk menghentikan operasi intensifnya di Jalur Gaza dan mengizinkan lebih banyak pasokan bantuan masuk ke wilayah tersebut.

Israel mengatakan bahwa 93 truk bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza di hari Selasa. Namun, PBB mengatakan jika bantuan itu justru ditahan dan belum tersalurkan ke warga yang membutuhkan.

Blokade Israel tersebut menyebabkan kekurangan makanan dan obat-obatan yang parah pada warga Gaza. Krisis kemanusiaan tersebut pun memicu kemarahan internasional.

Sikap Uni Eropa

Uni Eropa mengatakan akan meninjau kesepakatan kerja sama perdagangannya dengan Israel karena blokade tersebut.

Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menyatakan bahwa mayoritas menteri luar negeri dari 27 negara anggota mendukung langkah tersebut.

“Eropa melihat bahwa situasi di Gaza tidak dapat dipertahankan dan kami ingin Israel membuka blokir bantuan kemanusiaan,” tegasnya, Hurriyet Daily, Rabu, 21 Mei 2025.

Swedia mengatakan akan menekan Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap para menteri Israel. Sementara itu, Inggris menangguhkan negosiasi perdagangan bebas dengan Israel, memanggil duta besar Israel, dan menjatuhkan sanksi kepada para pemukim di wilayah Tepi Barat yang diduduki.

"Memblokir bantuan, memperluas perang, mengabaikan kekhawatiran mitra. Hal ini tidak dapat dipertahankan dan harus dihentikan," ucap Menteri Luar Negeri, David Lammy, kepada parlemen.

Israel menolak tindakan Uni Eropa dengan mengatakan bahwa langkah tersebut "mencerminkan kesalahpahaman total tentang realitas kompleks yang dihadapi Israel," kata juru bicara kementerian luar negeri Israel, Oren Marmorstein.

Ia juga mengatakan bahwa "tekanan eksternal tidak akan mengalihkan Israel dari jalannya dalam mempertahankan keberadaan dan keamanannya.”

‘Setetes Air di Lautan’

Sementara itu, COGAT, badan kementerian pertahanan Israel yang mengawasi urusan sipil di wilayah Palestina, mengatakan bahwa 93 truk PBB yang membawa bantuan kemanusiaan, seperti tepung, makanan bayi, peralatan medis, dan obat-obatan farmasi telah dipindahkan ke Gaza.

Juru bicara kepala PBB, Antonio Guterres, mengonfirmasi terkait truk bantuan yang telah diizinkan masuk, tetapi ia tetap menyoroti hambatan yang ada.

"Hari ini, salah satu tim kami harus menunggu beberapa jam hingga Israel memberi lampu hijau untuk mengambil pasokan nutrisi. Sayangnya, mereka akhirnya tidak dapat membawa pasokan tersebut ke gudang kami," kata Stephane Dujarric.

Kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, mengatakan bahwa sembilan truk yang diizinkan masuk pada hari Senin hanyalah "setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan.” Ia menambahkan kepada BBC pada Selasa lalu bahwa 14.000 bayi dapat meninggal dalam 48 jam ke depan jika bantuan tidak sampai tepat waktu.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pun menyebut dalam rapat Komite Hubungan Luar Negeri Senat bahwa pasokan tersebut tidak dalam jumlah yang cukup. "Kami mengantisipasi bahwa hal tersebut akan meningkat selama beberapa hari dan minggu ke depan,” ucapnya.

Diketahui bahwa Tentara Israel meningkatkan serangannya dan bersumpah untuk mengalahkan penguasa Hamas di Gaza, yang serangannya pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel memicu perang saat ini.

Serangan Israel pada malam hari kemarin dan Rabu dini hari menyebabkan 19 orang tewas, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, termasuk seorang bayi yang berusia seminggu, menurut laporan dari juru bicara pertahanan sipil, Gaza Mahmud Bassal, kepada AFP. Bassal menambahkan bahwa beberapa orang hilang di bawah reruntuhan, dan puluhan lainnya terluka.

Israel pada hari Rabu mengumumkan seorang tentaranya tewas di Gaza, tetapi pihaknya tidak mengomentari serangan di Gaza sebelumnya. Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menyerang lebih dari "100 target teror" di Gaza selama sehari terakhir.

Di sebuah pom bensin yang dibom pada hari Selasa, Mahmoud al-Louh membawa sekantong kain berisi potongan tubuh ke sebuah kendaraan. "Mereka adalah warga sipil, anak-anak yang sedang tidur. Apa salah mereka?" katanya kepada AFP.

Operasi Baru Israel di Gaza

Senin lalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel akan mengambil alih semua wilayah Jalur Gaza melalui operasi terbarunya. Israel sendiri melanjutkan operasi di Gaza pada tanggal 18 Maret dan mengakhiri gencatan senjatanya selama dua bulan. 

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sedikitnya terdapat 3.427 orang tewas sejak Israel melanjutkan serangan, membuat jumlah korban perang secara keseluruhan mencapai 53.573.

Para negosiator dari Israel dan Hamas memulai pembicaraan tidak langsung di Doha pada akhir pekan, saat operasi intensif dimulai. Qatar sebagai negara yang terlibat dalam upaya mediasi selama perang, mengatakan pada hari Selasa bahwa perilaku tidak bertanggung jawab dan agresif Israel telah merusak peluang gencatan senjata.

Beberapa jam kemudian, kantor Netanyahu justru menuduh Hamas telah menolak untuk menerima kesepakatan dengan mengatakan bahwa Israel memanggil kembali para negosiator seniornya, tetapi meninggalkan beberapa timnya di Doha.

Sumber yang dekat dengan Hamas menuduh bahwa delegasi Israel belum mengadakan negosiasi nyata sejak hari Minggu, dan menyalahkan kebijakan sistematis Netanyahu yang menghalangi. (Nada Nisrina)

Baca juga: Blokade Israel Picu 326 Kematian dan 300 Keguguran di Gaza

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)