Persiapan Peluncuran Satelit Satria-1, Orlando, Florida, Amerika Serikat. Metro TV/Cicilia Sinabariba
Medcom • 17 June 2023 20:15
Jakarta: Kehadiran Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 diharapkan dapat meningkatkan pelayanan fasilitas publik bagi masyarakat, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong menjelaskan bahwa satelit ini fokus untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat seperti di sekolah, kantor kepala desa, kelurahan, kantor Polisi dan TNI, hingga fasilitas publik lainnya.
“Satelit ini dimanfaatkan untuk kepentingan publik, dalam arti layanan publik untuk Puskesmas, Pos TNI/POLRI di perbatasan, kantor pemerintahan, kemudian sekolah. Dan tentu saja kita bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain untuk pengadaan atau pemanfaatan satelit,” jelas Usman dalam persiapan jelang peluncuran Satelit Satria-1 di Orlando, Florida, AS, Jumat, 16 Juni 2023.
Meski fokus untuk peningkatan layanan bagi masyarakat di fasilitas publik, Usman menyebut banyak manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakat mulai dari peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan hingga peningkatan dari sektor ekonomi salah satunya mendukung pengembangan UMKM. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat datang ke kantor desa dan menggunakan internet di kantor desa untuk memasarkan produk mereka.
“Tujuannya kan transformasi digital ini kan kesejahteraan, apapun yang dilakukan oleh negara ini untuk pemerintah ini untuk kesejahteraan artinya ini kan terkait dengan ekonomi juga,” tambahnya.
Senada dengan Usman, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo, Wayan Toni Suprianto juga menyebut nantinya Satelit Satria-1 ini akan memenuhi kebutuhan masyarakat di 50 ribu titik layanan di seluruh Indonesia, utamanya di daerah perbatasan dan 3T. Total kapasitas yang dimiliki satelit ini pun mencapai 150-gigabyte per second.
Namun, Wayan menjelaskan untuk tahun ini kapasitas yang tersedia baru mencapai 10-gigabyte per second dengan jangkauan titik layanan di 2000 hingga 3000 titik. Pemenuhan layanan internet hingga 50 ribu tersebut akan dicapai dalam waktu setidaknya 3 tahun ke depan.
“Jadi untuk kapasitas tahun ini memang kita yang tersedia di akhir tahun ketika mencapai slot orbit itu yang tersedia 10 Gbps, nah 10 Gbps ini kita akan manfaatkan untuk melayani sekitar 2000-3000 titik. Nah bagaimana pemenuhan total 50 ribu, ini dalam perencanaan awal sekurang-kurangnya dalam tiga tahun ke depan” ungkap Wayan.
Selain itu, Wayan juga menyebut saat ini Pemerintah juga tengah menyiapkan Hot Backup Satellite (HBS) yang dibuat oleh perusahaan manufaktur satelite yaitu BOEING dan ditargetkan meluncur pada tahun ini. Wayan menjelaskan HBS ini bisa melengkapi Satelit Satria-1 untuk mewujudkan transformasi digital dan pemerataan internet di Indonesia.
“Kan ada HBS dan akan ada satelit-satelit selanjutnya, namun tentu itu sangat tergantung dari keberhasilan SATRIA-1 ini. Kalau HBS sudah berkontrak ya dengan Boeing sehingga ini akan meluncur tahun ini, mudah-mudahan bisa beroperasi untuk melengkapi SATRIA-1 inii,” tambahnya.
Proyek Satelit SATRIA-1 ini merupakan proyek pembangunan satelit multifungsi yang dilakukan Pemerintah dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU. Kerjasama ini dilakukan antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dengan badan usaha yaitu PT. Satelit Nusantara Tiga yang merupakan konsorsium dari PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN). Satelit SATRIA-1 ini dibuat oleh perusahaan manufaktur asal Perancis, yaitu Thales Alenia Space.
Satelit ini juga memiliki 11 stasiun satelite di bumi yang berada di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura. (Cicilia Sinabariba)